Meuntroe Geulanceng dalam sejarah Pidie
Dengan
sebuah kesadaran akan pentingnya arti
dan nilai-nilai sejarah tersebut, yang diterjemahkan pula lewat
perilaku-perilaku dan bersifat melestarikan, serta memperhitungkan
keberadaannya kita dituntut untuk menjaga dan melestarikannya
Seperti
halnya saat saya beserta teman-teman kembali menelusuri jejak-jejak sejarah
yang berada di sebuah gampong (desa) di kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie,
yaitu Gampong Krueng Seumideun, yang berjarak sekitar 4 KM dari pusat Kota
Sigli atau bisa di tempuh selama 10 menit dengan kendaraan.
Disana
kami mengunjungi sebuah komplek makam,yang menurut informasi makam tersebut
sudah berada di sana sejak abad ke 16, atau pada masa kerajaan Aceh Darussalam,
itu bisa kita lihat dengan di temukannya batu nisan bercorak Aceh Darussalam
dalam komplek makam dan juga terdapat beberapa makam lain yang kondisinya
sangat memprihatinkan.
Salah
satu makam tersebut adalah makam Meuntroe (Menteri) Geulanceng,begitulah orang
disana menyebutnya, bisa di tafsirkan orang yang di makamkan di tempat tersebut
sangatlah berpengaruh pada masa Kesultanan Aceh Darussalam yang pada saat itu
dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.
Sumber
lain menjelaskan,pada masa Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh
Darussalam, wilayah Pidie mempunyai hak istimewa tersendiri itu dikarenakan
pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa beliau membuat suatu pemerintahan yang
langsung dibawah Sultan aAceh pada saat itu khusus untuk menaungi wilayah
Pidie.
Pada
saat itu Sultan Iskandar muda hendak melakukan penyerangan ke malaka, beliau
mengunjungi Negeri Pedir dan Meureudu, dan mengadakan rapat dengan para
petinggi-petinggi negeri tersebut, dan menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh
rakyat Negeri Pedir dan Meureudu mendukung perang yang akan dilakukan sultan.
Sultanpun
mengangkat dan mengambil sumpah para Pejabat Pemerintahan di Negeri Pedir dan
Meureudu, dan memberikan gelar kehormatan, Meuntroe (Menteri), dan Bentara
(Perwira), serta Panglima dan Keurajeun bagi Uleebalang yang menjabat dikuala
dan rimba.
Jabatan
Mentroe (Menteri) sendiri diberikan kepada, Meuntroe Blanggalang, Meuntroe
Aree, Meuntroe Garot, Meuntroe Metareum
dan Meuntroe Krueng Seumideun. Setelah Sultan Iskandar Muda memberikan gelar
Kehormatan tersebut, para Meuntroe (Menteri) inilah yang mengendalikan
wilayahnya masing-masing.
Gelar
Meuntroe Geulanceng sendiri di berikan kepada Meuntroe Krueng Seumideun,
mungkin Sultan Iskandar Muda pada saat itu sangat mempercayai beliau makanya
diberi gelar Geulanceng atau bisa diartikan “Kunci”, belum adanya sumber yang
jelas tentang sejarah Meuntroe Geulanceng tersebut menjadikan informasi yang
didapatkan sangatlah sedikit.
Makam Meuntroe Geulanceng
para pencari jejak
para pencari jejak
Jadi sangat disayangkan situs sejarah seperti ini di biarkan
begitu saja tanpa di pugar atau di rawat, padahal dari situs-situs sejarah
seperti inilah kita dapat mencari informasi tentang sejarah kerajaan aceh atau
tentang kerajaan pedir itu sendiri.
Saya sangat mengharapkan kepada Pemerintah, masyarakat serta
pemerhati sejarah untuk sama-sama menjaga dan merawat situs sejarah tersebut,
agar kelak para penurus kita tahu sebuah sejarah aceh masa dulu.
Sumber : H,M Muhammad Said,dalam makalah seminar PKA II
Komentar
Posting Komentar