Teut Budee Trieng Khas Pidie
foto: sejumlah warga sedang menonton Teut Karbet di Gampong Are
Ada suatu tradisi unik yang masih bertahan sampai sekarang
dalam kehidupan masyarakat Pidie. Tradisi ini telah ada sejak lama yang di
wariskan secara turun temurun. Sebuah kegiatan yang berlangsung semalam suntuk
dalam rangka menyambut hari Raya Idul Fitri. Ya, Teut Karbet (bakar Karbit)
namanya, sebuah tradisi yang terus ada dan tetap menjadi viral untuk masyarakat
Aceh khususnya.
Namun, sempat menghilang selama lebih kurang 32 tahun
lamanya saat Aceh dilanda konflik berkepanjangan yang terus merenggut korban
jiwa. suara yang menggelegar seakan menandingi dentuman ledakan bom
dan bisa mencapai radius 10 km. Makanya tidak heran saat konflik terjadi
di Aceh dulu dilarang semua kegiatan yang membuat warga tidak nyaman. Tapi
semuanya berubah setelah perjanjian damai antara pemerintah RI dan GAM,
meriam-meriam tersebut kembali eksis setiap perayaan lebaran Idul Fitri.
Berlokasi di sepanjang jalur Krueng (sungai) Baro yang
membelah 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Pidie dan Kecamatan Indrajaya. Dimulai
dari Gampong Paloh hingga Keude Garot sahut menyahut suara ledakan terus
bergema. Banyak anak-anak hingga orang dewasa ikut ambil bagian dalam
memeriahkan malam Lebaran. Tidak heran kenapa lalu lintas selalu macet saat kita
melintasi wilayah tersebut.
Tidak diketahui jelas asal muasal sejarah Teut Karbet ini,
tetapi menurut pengakuan warga sekitar, kegiatan Teut Karbet di malam
lebaran telah berlangsung secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Bahkan setiap warga dibeberapa gampong dalam
kawasan Krueng Baro sangat antusias menyambut kegiatan tersebut. Itu bisa kita
lihat dengan kompaknya para pemuda di setiap kampung dari awal pelaksanaan
hingga akhir kegiatan, bahkan untuk mendukung acara tersebut warga dengan suka
rela memberi dana seikhlas mungkin.
Peralatan seperti drum yang sudah di gabungkan dan di las
serta air dan pastinya karbit yang dijadikan sebagai mesiu sudah di persiapkan
sebelumnya. Itulah salah satu tradisi unik yang ada di Kabupaten Pidie. Setiap
acara atau kegiatan pastilah ada pro dan kontra, ada baik dan buruknya, tapi
kita sebagai masyarakat Pidie khusunya dan aceh pada umumnya sama-sama
mendukung kelestarian budaya tersebut agar tradisi seperti ini bisa selalu
eksis sampai kapanpun.
Komentar
Posting Komentar