Seudati, Warisan Budaya Pidie Yang Mendunia
Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
Salah
satu khazanah kebudayaan tradisi Aceh dalam bentuk seni tari adalah Seni Seudati. Seudati merupakan kesenian tradisional Aceh, berwujud seni tari
yang diperankan oleh delapan penari pria dan satu sampai dua orang syekh (penyanyi).
Tari
seudati muncul pada acara tertentu
utamanya kegiatan pendakwahan ajaran
Islam kepada masyarakat, menyangkut nilai kepercayaan dan ibadah kepada Allah
SWT, etika dan akhlak serta nilai baik bermasyarakat pada ajaran agama Islam.
Namun, dalam perkembangannya, Tari Seudati kini mulai “ditinggalkan” generasi
muda, tidak banyak lagi generasi muda
mampu dan mengetahui Seudati. Belum lagi kekurangan akan generasi yang
memahami dan layak menjadi Syekh,pemimpin
Seudati.
Banyak
pendapat mengenai asal usul nama tarian ini. Ada berpendapat penamaan “Seudati” berasal dari kata bahasa arab
yaitu “Syahadatain” atau “Syahadati” berarti Syahadat yaitu
pengakuan akan keesaan Allah dan pengakuan Muhammad merupakan Rasul utusan
Allah. Selain itu, ada pula berpendapat bahwa “Seudati” berasal dari kata “Seurasi”
(Bahasa Aceh). Kata ini bermakna kompak dan harmonis. Hal ini sesuai dengan
gerakan dalam tarian Seudati.
Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
Tari
Seudati tergolong kategori “Tribal War Dance” atau tarian perang,
dikarenakan syair-syairnya dapat membangkitkan semangat pemberontak pemuda
kepada kekuasaan Belanda. Tarian ini sempat tidak di perbolehkan pada zaman
pemerintahan Belanda, hingga akhirnya di perbolehkan kembali setelah Indonesia
merdeka.
Pendakwah
islam memanfaatkan tari ini sebagai media dakwah, karena didalam syair dan
gerakan tari Seudati banyak
mengandung ajaran agama islam sehingga dijadikan sebagai sarana penyebaran dan
pendidikan agama Islam. Selain dapat menghibur, juga mendapatkan ajaran agama
dan semangat perjuangan bagi khalayak ramai.
Tari
Seudati tidak diiring alat musik
hanya mengandalkan bunyi tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke
lantai, dan petikan jari. mengikuti gerakan meliuk-liuk mundur beriring irama syair
yang dilantukan aneuk Syekh sesuai
irama dan tempo yang dinyanyikan.
Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
Beberapa
gerakan bersifat dinamis, penuh semangat dan kelihatan kaku. Hal itu sengaja
dilakukan untuk memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan para penari sendiri.
Selanjutnya gerakan tepukan kedada dan perut memaknai kesombongan dan juga
sikap ksatria pria Aceh. Tari ini dimainkan oleh delapan laki-laki sebagai
penari utama, terdiri satu orang sebagai pemimpin disebut Syekh serta seorang pembantu Syekh,
dua orang pembantu sebelah kiri disebut apeet
wie, pembantu di belakang disebut apeet
bak, dan tiga orang pembantu biasa. Sedangkan dua orang penyanyi disebut aneuk syahi.
Bagian
terpenting tarian Seudati terdiri dari likok
(gaya;tarian), saman (melodi), irama
kelincahan, yang menceritakan kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.
Sebagian kecil dari sejuta cerita di balik indahnya harmoni gerak Seudati telah member karakter pada seni
tradisi Aceh sehingga mengundang decak kagum penikmatnya baik skala lokal
maupun dunia.
Menelusuri
perkembangan tari Seudati dari dulu
hingga sekarang bukanlah hal yang mudah, terlihat jelas tari Seudati sangat popular pada masa muncul
Syekh Ampon Bugeh dari Geureugok, Syeh Lah Bangguna dari Pidie, Syeh Ampon Mae
dari Mulieng, Syeh Ampon Seuman dari Geudong Pasee dan Syeh Lah Geunta. Syeh
Lah Geunta telah mempopulerkan tari Seudati ke mancanegara mulai dari Amerika
Serikat, Spanyol, Belanda, Australia, Taiwan dan Malaysia. . Kondisi ini
terjadi pada kisaran tahun 1990an sehingga popularitas Syeh Lah Geunta
menjadikannya sebagai maestro tari Seudati. (Sumber Seudati di Aceh)
Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
Peranan pemerintah dalam upaya pelestarian Seudati pada saat itu cukup baik. Hal
ini terbukti dengan adanya sejumlah agenda seni yang di dalamnya ikut
ditampilkan tari Seudati terutama
pada kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Sejak pagelaran tersebut digelar hingga
sekarang, untuk tingkat pemula terdapat juga agenda seni lain yang memberikan
ruang kepada Seudati untuk
berkembang, seperti kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni tingkat sekolah dasar dan
menengah sejak tahun 1968. Bahkan semasa Gubernur Aceh Prof. Dr. Ibrahim Hasan,
MBA, Seudati difestivalkan setiap
tahunnya walaupun kemudian sempat tidak dilanjutkan lagi.
Namun, kini peranan pemerintah telah memberi peluang
dan ruang kembali terhadap pengembangan dan pelestarian budaya Seudati di Aceh. melalui pagelaran Pekan
Kebudyaan Aceh (PKA) dan bahkan sekarang
sudah mulai diperlombakan kembali dalam kegiatan-kegiatan budaya lainnya.(an)
Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
Komentar
Posting Komentar