8/25/2020

Bangku Marsose, Bukti Perjuangan Aceh

 

Foto : Tampak bangku marsose dalam kebun warga dengan kondisi telah rusak

Pagi ini langit begitu mendung, dengan cuaca tidak menentu kami tim beulangoeng tanoh mengeksplorasi salah satu wilayah Tangse yang berada di pedalaman Kabupaten Pidie, bertujuan untuk mencari rekam jejak sejarah Belanda ketika dulu menjajah Aceh yang berada di wilayah  Tangse.  Sebelumnya informasi ini kami peroleh dari internet mengenai  keberadaan sebuah bangunan peninggalan Belanda di daerah Beungga  Kecamatan Tangse, lokasi situs sejarah ini tidak mudah terlihat dari jalan Provinsi lintas Beureunen-Tangse, dikarenakan akses menuju situs tersebut sudah tertutup oleh pekebunan warga.


Sebuah perjalanan panjang yang penuh rintangan dan melelahkan bagi belanda dalam mengejar pasukan Aceh, dipahat dalam  sebuah monumen bangku marsose bagi pasukan Belanda yang  berperang dengan bangsa Aceh saat itu. Bangku ini dibuat untuk memperingati "Mara ke Tangse". Istilah ini diartikan sebagai peringatan tentara Belanda yang pergi ke Tangse.

 

Dalam usaha mematahkan serangan dari para pejuang Aceh yang gagah berani dalam pertempuran sehingga memerlukan tiga kali usaha untuk mengejarnya. Dalam pengejaran tersebut banyak prajurit Belanda tewas. Oleh sebab itu, dibuatlah monumen Bangku Marsose tersebut untuk mengenangnya dan menjadi bukti atas pantang menyerahnya pasukan Aceh.

 

 

            Foto : Bangku marsose yang terdapat di Beungga, Kec Tangse, Kab Pidie (digitalcollections.universiteitleiden)       

Memandang Bangku Marsose yang hampir roboh,  rusak akibat ulah tangan jahil manusia terlihat dari plakat yang berada di tengah-tengah Bangku Marsose tersebut telah hilang Serta bagian-bagian lainnya yang mulai terkikis dimakan oleh waktu. Bangunan berbentuk seperti kursi melingkar terbuat dari beton  tampak tidak terawat dan terbengkalai, dapat dilihat dari banyak bagian bangunan bangku telah rusak dan hilang.

 

Dalam perjalanan menuju lokasi tersebut mata kita di suguhkan dengan pemandangan alam yang masih alami, tidak jauh berada di depan bangku marsose tepatnya di atas Puncak gunung yang ada tepat di depan, menurut pengakuan warga katanya terdapat sebuah monument yang bisa kita lihat dari bangku tersebut, masyarakat setempat menyebutnya "Pela" (monument gunung berapi yang di buat oleh Belanda), yang berarti daerah tersebut terdapat gunung api, dibuktikan dengan adanya kolom air panas di kaki gunung.

 

Kita sebagai bangsa yang menjujung tinggi nilai sejarah, sudah sepatutnya kita untuk menjaga dan merawat situs-situs sejarah yang masih ada. Agar menjadi pelajaran bagi anak cucu kita kedepan bahwa perjuangan meraih merdeka bukanlah jalan mudah dan singkat.(an)


 

Foto : Tampak bangku marsose dalam kebun warga dengan kondisi telah rusak

Read More

8/05/2020

Pesona Wisata Grand Canyon Pidie




Membahas Pidie akan selalu menyenangkan. Sebagai tanah kelahiran tokoh bersejarah, Hasan Muhammad di Tiro, banyak hal yang masih belum diketahui publik tentang Pidie. Selain nilai budaya, daerah yang berjuluk “Kota Pedir” ini juga menyimpan bermacam peninggalan sejarah, bahkan menjadi warisan yang sampai hari ini masih bisa kita jumpai.

Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie adalah Padang Tiji. Kecamatan ini tentu tidak asing lagi bagi orang-orang yang sering melintasi jalan Medan-Banda Aceh. Tidak jarang jadi tempat persinggahan, untuk berhenti dari lelahnya perjalanan. Karena pasar induknya berada dekat jalan raya, jadi kita langsung tahu bahwa kita sudah sampai di Padang Tiji.

Pada tahun 1920 di Padang Tiji pernah ada jalur kereta api. Tidak banyak catatan yang membahas perihal sejarahnya, tapi bukti keberadaannya masih bisa dilihat hingga kini. Rel kereta api itu berada di Desa Pasar dan Desa Trieng, Kemukiman Paloh.

Berdasarkan catatan sejarah, jalur kereta api Aceh-Sumatera pertama kali beroperasi untuk rute Koetaradja-Ulee Lheue pada 1876, hanya untuk mobilisasi keperluan militer Belanda. Pada tahun 1882 dibukanya jalur Indrapuri-Lambaro, hingga disusul rute Koetaradja-Lamnyong, empat tahun kemudian baru difungsikan untuk transportasi umum.

Kita tinggalkan sejarah perkeretaapian ini dulu, karena saya ingin menggambarkan beberapa tempat indah yang akan sangat sayang jika melawat ke Padang Tiji tapi tidak kita kunjungi. So, jangan lupa dicoba guna menghilangkan kepenatan dengan wisata alam gratis.

Lingkok Kuwieng, tempat ini dulunya masih sangat rahasia, tapi sekarang publik sudah banyak tang tahu lokasinya. Di sini terdapat sebuah sungai yang sangat indah, tepatnya di pedalaman hutan Hagu. Masyarakat sekitar sini menyebut nama lain untuk tempat ini adalah Uruek Meuh dan Angkop Kuwieng.

Untuk sampai ke tempat ini butuh waktu 2-3 jam dari Bendungan Rajui dan satu jam dari jalan Desa Pasar Padang Tiji menggunakan sepeda motor.


Untuk menuju ke tempat ini mungkin butuh kesabaran dan kekuatan ekstra, karena jalannya masih bebatuan, bahkan ada yang berlumpur. Lingkok Kuwieng merupakan fenomena alam yang disebabkan erosi oleh air pegunungan yang selalu mengalir dengan volume yang berubah-berubah.

Tempat wisata ini sering disebut hampir mirip dengan Grand Canyon. Jadi, tanpa harus pergi ke Benua Amerika, cukup ke Lingkok Kuwieng saja, kita bisa nikmati sensasi berlibur setara ke Grand Canyon yang eksotik. Dinding sungai di sini berbentuk bebatuan besar yang tersusun rapi menyerupai ngarai besar, seperti peninggalan situ-situs kuno.

Jika ke Lingkok Kuwieng, pengunjung akan disajikan fenomena alam yang sangat unik dan menawan. Selain bisa melihat sebuah sungai dengan airnya yang berwarna hijau, juga dilengkapi dengan tebing batu di sisi-sisinya. Kita juga bisa menikmati suasana alam yang indah dan udara yang sejuk juga pepohonan hijau.

Bagi pecinta alam tempat seperti ini mungkin akan selalu jadi incaran, selain minikmati pesona alam yang masih asli, Lingkok Kuwieng juga bisa dijadikan sebagai tempat camping. Dengan mendirikan tenda di atas tebing-tebing batu, tentu pengunjung bisa merasakan sensasi bermalam di tengah alam bebas dengan ditemani api unggun. Patut dicoba, tapi jangan sendirian, ajak kerabat atau tetangga.(fh)







Read More