4/26/2021

Teuraceu Angen Wisata Di Pedalaman Beungga

 

Foto : Teuraceu Angeun yang berada di kawasan pedalaman hutan Beungga, Kec Tangse, Kab Pidie

Minggu yang cerah setelah semalamam diguyur oleh hujan, hari ini saya bersama teman teman pergi menuju tempat wisata yang bernama teuraceu angen, yang berada di pegunungan beungga.


Tepat jam 9 kami berangkat dari Sigli yang sebelumnya menyempatkan sejenak untuk meneguk secangkir kopi disalah satu warung kopi, suasana pagi ini begitu cerah tidak ada tanda-tanda akan hujan turun.


Setelah menempuh perjalanan Sigli-Beungga dengan jarak tempuh 50 km menghabikan waktu sekitar 1 jam kami sampai di Keutapang, berhenti sejenak di pos renger Beungga sembari menunggu teman lain sampai, setelah semua siap kami kembali melanjutkan perjalanan melewati sawah dan kebun warga dengan melewati jalan bebatuan kira kira 1 km hingga sampai di irigasi tempat pemberhentian terakhir kendaraan, selanjutnya perjalanan akan ditempuh dengan jalan kaki.


Sepanjang perjalanan dari irigasi menuju teuraceu angen kami melewati perkebunan warga sembari menikmati pemandangan sekitar yang banyak pohon durian tumbuh berjejeran, sayangnya pohon durian masih belum berbuah ketika kami lewat. 4 jalur sungai dengan aliran air dan bebatuan yang licin harus dilewati sebelum sampai ke teuraceu angen. 


sepanjang melewati sungai kami menjumpai satu teuraceu yang tidak terlalu tinggi kira-kira 7 meter dengan kedalaman 50 cm dengan debit air yang besar diakibatkan hujan deras semalaman, sehingga kami sempat berfoto sebentar dan menikmati pemandangan alam sekitar.


Setelah puas mandi dan foto di air terjun pertama, selanjutnya kami melakukan perjalanan kembali yang harus menaiki tebing berlumut dengan ketinggian lebih kurang dua meter karena itu salah satu jalur yang dekat menuju teuraceu angen, harus sangat berhati-hati saat menaiki tebing tersebut.


Selanjutnya kembali berjalan melewati tiga aliran sungai kecil sekitar satu jam perjalanan. Waktu menunjukkan pukul satu siang dan salah seorang teman mengatakan kalau teuraceu angen sudah dekat dengan melawati jalan terjal yang dipenuhi bebatuan besar sebelum akhirnya sampai ditujuan.


Teuraceu angen dengan ketinggian 20 meter dan debit airnya yang begitu besar sehingga dari jarak 10 meter saja kita sudah merasakan percikan air dan angin sangat kencang, tidak menunggu lama kami langsung mengabadikan moment di teuraceu angen dan selanjutnya mandi kolam yang berada tepat di bawah teuraceu angen.


Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, kami semua bergegas untuk kembali pulang, karena cuaca sekitar juga sudah mulai mendung. Pukul 6 kami sampai di parkiran motor dan langsung melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing.


Itulah sedikit penggalan cerita saya bersama teman-teman menikmati hari libur ke teuraceu angen Beungga.(an)


Read More

4/05/2021

Masjid Pilar Utama Masyarakat Aceh

 

Foto Masjid Tuha Tungue, Gampong Tungue, Mukim Tungue, Kec Simpang Tiga, Kab Pidie


Masjid merupakan salah satu pilar utama masyarakat muslim untuk melakukan ibadah  dan menyatukan barisan kaum muslimin.


Kata masjid di tinjau dari segi etimologi berasal dari bahasa arab yaitu dari sajada-sujud-masjad/masjid. Sujud mengandung arti kat taat, patuh dan tunduk. makna-makna ini di ekspresikan secara lahiriyah dalam bentuk meletakkan dahi, kedua tangan, lutut dan kaki ke bumi.


Maka hakikat masjid ialah tempat melakukan segala macam aktifitas kepatuhan kepada Allah swt dengan kata lain masjid berarti suatu tempat melakukan segala aktifitas manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada allah swt.


Di tinjau dari segi semiotik makna suatu masjid dapat di pahami berdasarkan pada bentuk, model, dan simbol yang tampak dari masjid itu sendiri. Bentuk bangunan masjid di Indonesia banyak di pengaruhi dari budaya Timur Tengah, Turki, dan  pengaruh dari pada adat dan tradisi daerah setempat.


Namun yang jelas bentuk dan model masjid yang terdahulu di Indonesia justru lebih kepada simbol sufistik, bisa dikatakan seperti itu karena para tokoh atau pencetus untuk membangun masjid pada saat itu umumnya adalah para sufi atau ulama yang memberikan pencerahan dan penyejuk hati bagi umat islam.


Aceh merupakan daerah pertama yang menerima Islam di nusantara pada saat itu mempunyai gaya atau model tersendiri untuk masjid, selain dari gaya Timur Tengah, India dan Turki. Aceh juga mempunyai keunikan dengan percampuran adat dan budaya sendiri.


Beragam model masjid Aceh dahulu melambangkan rukun islam dari segi bentuk kubahnya, dan selalu merunduk atau tunduk saat masuk kedalam masjid dengan pintunya yang kecil, Bentuk atap meuseujid berbentuk atap tumpang yang terdiri atas dua lapisan yaitu atap lapisan bawah dan atap lapisan atas. Atap lapisan atas berbentuk limas, sehingga pada meuseujid tradisional tidak didapati kubah yang menjadi keunikan pada masjid tradisional untuk mengumandang azan dengan terlebih dahulu naik ke atap masjid dengan menggunakan “purieh”.


Bangunan mesjid itu selalu menghadap ke Timur, sehingga sisi belakangnya berada di sebelah Barat, karena disesuaikan dengan arah kiblat. Pada sisi sebelah Barat (sisi belakang) terdapat tempat imam (imuem) yang disebut mihrab. Di sebelah kanan mihrab terdapat sebuah mimbar tempat khatib memberikan khotbahnya sebelum Salat Jumat dimulai.


Bentuk mesjid jauh berbeda dengan bentuk rumah, sehingga bentuk bagian-bagiannya tidak berdasarkan bentuk bagian bawah, bagian atas, dan bagian kap seperti bentuk bagian-bagian rumoh Aceh, tetapi bentuk bagian-bagiannya berdasarkan bentuk bagian bawah atas. bagian puncak.


Bagian bawah mesjid adalah bagian ruangan beserta dengan lantainya. Bagian ruangan itu berbentuk bujur sangkar serta dikelilingi oleh dinding tembok setinggi lebih kurang satu setengah meter, sedangkan selebihnya dalam keadaan terbuka. Lantai ruangan tersebut berbentuk lantai rata yang dibuat dari semen. 


Di tengah-tengah ruangan terdapat empat buah tiang kayu (tameh teungoh) yang bersegi delapan. Letak susunan keempat tiang itu berdasarkan susunan yang membentuk empat persegi. Keempat tiang ini lebih tinggi dari pada tiang-tiang yang lain karena tiang-tiang itu berfungsi sebagai penunjang bagian puncak mesjid itu.


Pada keempat sisi mesjid masih terdapat tiang-tiang (tameh teungoh) yang berjumlah dua belas buah. Tiang-tiang itu lebih pendek dari pada tiang-tiang tengah. Kedua belas buah tiang itu berfungsi sebagai penunjang atap mesjid lapisan bawah. Tiang-tiang itu ditempatkan di sebelah dalam dinding sehingga dinding meuseujid tidak berdempetan dengan tiang-tiang itu.


Bagian atas adalah bagian atap atau kap. Bagian atap meusejid berbentuk atap bersusun atau berlapis yang terdiri atas dua lapis, yaitu atap lapisan bawah dan atap lapisan atas. Atap lapisan bawah lebih besar dari pada atap lapisan atas. Atap lapisan bawah ditunjang oleh tiang-tiang tengah (tameh teungoh) yang berjumlah empat buah.


Umumnya masjid tua di Aceh memiliki peranan penting dalam perkembangan Islam, harus di sadari bahwa kehidupan sosial di Aceh tidak terlepas dari yang namanya masjid. Bahkan terbukti salah satu pembagian wilayah tradisional Aceh  justru terbentuk berdasarkan keberadaan masjid yaitu “mukim”.


Pada masa Kesultanan Aceh mukim  terbentuk dari persatuan beberapa Gampong yang penduduk laki-lakinya lebih dari 40 orang dan dipimpin oleh imum mukim ,dalam satu mukim didirikan satu masjid dan di gunakan bersama untuk shalat jumat.


Selain itu masjid di Aceh juga berfungsi sebagai pusat pengembangan agama yang dipimpin oleh seorang Teungku Chik, dalam perkarangan atau area masjid juga didirikan balai pengajian atau dayah, kondisi ini terus bertahan sampai meletusnya perang Aceh.


Salah satu wilayah penyebaran masjid terbanyak pada masa Kesultanan Aceh Darussalam yaitu Pedir atau sekarang disebut dengan Pidie. Tidak dapat di pungkiri hingga hari ini Pidie masih bisa dijumpai masjid tua yang masih di pertahankan dan di jaga walaupun seiring perkembangan zaman banyak masjid baru yang di bangun lebih besar dan megah.


Beberapa masjid mukim di Pidie yang masih dapat dijumpai.


1. Masjid Dayah Bubue


Foto Masjid Tuha Dayah Bubue, Gampong Dayah Bubue, Mukim Masjid Baro, Kec Peukan Baro, Kab Pidie


Masjid Tuha Dayah Bubue terletak di Dayah Bubue Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie. Masjid ini berusia lebih kurang ratusan tahun lebih yang didirikan oleh seorang ulama yang menganut tarekat Rifa’iyah. Hal ini diketahui berdasarkan dari hasil pengamatan yang ditemukan pada sisi bangunan masjid tersebut. Di bagian “bara” terdapat tulisan tauhid dan tertulis satu kalimat yang berisi Ahmad Rifa’i. (sumber: Lueng Putu Manuskrip).


Masjid ini merupakan salah satu masjid yang mengandung nilai sejarah tinggi. Sekarang, keberadaannya sudah terabaikan, kondisinya jugasangat memprihatinkan dan sudah tidak terawat sepenuhnya, hanya atapnya saja yang telah di ganti dengan seng. Di sisi lain masjid dengan bahan dasar kayu tersebut sudah mulai lapuk, itu terlihat dari dinding-dindingnya serta penompang atapnya.


Tampak halaman depan masjid terdapat sebuah sumur dan kolam yang bertuliskan tahun pembuatan yaitu “17 hari Bulan Safar tahun 1343 H dibuat oleh Tgk Hasan”. Kolam berukuran 2x4 m itu digunakan sebagai kulah yang difungsikan untuk wudhu’. Masjid tua ini menjadi bukti bahwa Islam telah tumbuh dan berkembang  pesat  pada masa lampau.


Jalan menuju ke lokasi  Masjid Tuha dari simpang gudang kurnia Lampoh Saka berjarak lebih kurang 500 m dari lintas jalan nasional hingga melewati jalan bebatuan yang menuntun ke masjid tersebut.


2. Masjid tua seukee


Foto Masjid Tuha Seukee, Gampong Seukee, Mukim Bluek, Kec Indrajaya, Kab Pidie


Masjid Tua Seukee terletak di depan masjid baru Seukee, kondisinya begitu kotor dinding  serta tiang penyangga yang mulai lapuk tergerus oleh waktu. Masjid tua ini memilik 20 tiang penyangga berdiameter 20 cm dengan ketebalan dinding luar satu hasta, sedangkan tinggi dinding 2 hasta kira-kira sampai dada orang dewasa.


Ubin dasar masjid telah rusak lalu diganti dengan keramik, dalam masjid terdapat sebuah mimbar nan indah dilengkapi dengan ukiran sekelilingnya yang diperkirakan seumuran dengan masjid. Dibagian luar masjid terdapat sebuah tangga (purieh) yang masih berfungsi hingga sekarang, sementara sisi kanan masjid terdapat sebuah bedug (tambo) yang masih digunakan hingga sekarang.


Halaman masjid terdapat  kolam berukuran persegi empat memiliki tujuh anak tangga dengan kedalaman setinggi dada orang dewasa jika diukur dari anak tangga terakhir, kolam ini difungsikan sebagai tempat wudhu, namun kondisi sekarang sungguh memprihatinkan bahkan airnya sangat kotor dan dinding kolam begitu kumuh serta sampah dan sudah menjadi lading sarang nyamuk yang sangat produktif.


3. Masjid tua labui


Foto Masjid Tuha Labui, Gampong Labui, Mukim Paloh, Kec Pidie, Kab Pidie


Masjid ini terletak di Gampong Labui Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie masjid yang begitu besar pengaruhnya pada masa Kesultanan Aceh Darussalam. Betapa tidak dulu masjid ini dikenal dengan nama Masjid Poeteumeureuhom karna  pernah dijadikan tempat persinggahan oleh Sultan Iskandar Muda. Sejak peralihan masa berubah nama menjadi Masjid Raya Labui. Masjid ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Pidie dan berdiri atas gagasan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1612 M. Saat itu Sultan sedang mengumpulkan angkatan perang untuk menyerang Malaka.


Masjid tua ini terbuat dari kayu yang beratap rumbia, dan dinding terbuat dari batu campur kapur, untuk memperindah masjid Sultan juga sempat mendatangkan arsitek bangunan dari negeri Cina untuk mendesain ukiran pada dinding masjid, disekeliling masjid juga dibangun benteng pertahanan atau disebut dengan Diwai, namun kini diwai tersebut telah dirobohkan seiring dengan dibangunnya bangunan masjid terbaru di samping masjid lama.


Selain masjid, Sultan Iskandar Muda ketika singgah di Labui juga meninggalkan sebuah cindramata nan indah yaitu tongkat pusaka  kepunyaan beliau sendiri yang terbuat dari campuran tembaga, emas, dan kuningan yang panjangnya kira-kira 1,20 cm dengan berat 5 kg serta bentuk beruas-ruas seperti batang tebu, hingga sekarang tongkat ini masih tersimpan dan terjaga keasliannya dengan baik.


4. Masjid Tua Lhok Kaju


Foto Masjid Tuha Lhok Kaju, Gampong Masjid Lam Ujong Mukim Lhok Kaju , Kec Indrajaya, Kab Pidie


Masjid tua lhok kaju terletak di Gampong Baro Jruek mukim Lhok Kaju Kecamatan Indrajaya, dulunya Lhok Kaju termasuk wilayah kekuasaan ulee balang samaindra. Masjid tua ini sudah pernah di lakukan renovasi untuk mengganti atap yang berbahan rumbia dengan atap seng.


Kubah masjid tua ini masih mempertahankan kubah lama yang berbentuk limas dua tingkat, 16 tiang penyangga masih berdiri kokoh yang dikelilingi beton setengah permanen yang tebalnya 30 cm sebagai pelindung masjid, selain itu didalam masjid ini juga terdapat mimbar dan tambo yang di perkirakan sama umurnya dengan masjid.


Namun sangat di sayang masjid yang dulunya di jadikan sebagai masjid mukim kini tidak ada perawatan lagi setelah dilakukan sekali renovasi, padahal masjid tersebut merupakan saksi sejarah sebuah kisah masa lalu yang harus dijaga dan dirawat.


5. Masjid tua ujong rimba


Foto Masjid Tuha Ujong Rimba, Gampong Meugit, Mukim Ujong Rimba, Kec Simpang Tiga, Kab Pidie


Masjid tua Ujong Rimba terletak di Gampong Meugit mukim Ujong Rimba tidak jauh dari pasar Ujong Rimba, masjid yang pembangunannya di prakarsai oleh Teuku Umar Ulee Balang Keumangan ini masih berdiri kokoh, dengan 16 tiang penyangganya yang besar. Selain itu pada sekeliling kubah terdapat ukiran bermotif pucok reubong, oun paku dan motif rante ukuran besar begitu  jelas terlihat.


Masjid tua yang di perkirakan hampir satu abad ini mempunyai tiga tingkat kubah yang berbentuk limas menandakan walaupun pada saat itu Aceh sedang bergejolak dan masuk pengaruh dari luar namun gaya masjid lama Aceh masih di pertahankan. Pada tahun 1980 pernah dilakukan renovasi ganti atap yang dulunya oun dengan seng serta  penambahan empat tiang lainnya.


Masjid mukim Ujong Rimba kondisinya masih terawat walaupun telah di bangun masjid baru didepan masjid lama yang lebih besar, namun masjid tua ini masih digunakan sebagai tempat untuk musyawarah dan khanduri mukim.(an)


Sumber :

-masjid bersejarah di nanggroe aceh, kemenag aceh, 2009

-wawancara m yasin bileu masjid labui

-wawancara tgk masur pimpinan dayah di gampong seukee

-Arsitektur Tradisional  Provinsi Daerah Istimewa Aceh


Read More