6/23/2017

Meuntroe Geulanceng dalam sejarah Pidie

Dengan sebuah kesadaran akan pentingnya arti  dan nilai-nilai sejarah tersebut, yang diterjemahkan pula lewat perilaku-perilaku dan bersifat melestarikan, serta memperhitungkan keberadaannya kita dituntut untuk menjaga dan melestarikannya

Seperti halnya saat saya beserta teman-teman kembali menelusuri jejak-jejak sejarah yang berada di sebuah gampong (desa) di kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie, yaitu Gampong Krueng Seumideun, yang berjarak sekitar 4 KM dari pusat Kota Sigli atau bisa di tempuh selama 10 menit dengan kendaraan.

Disana kami mengunjungi sebuah komplek makam,yang menurut informasi makam tersebut sudah berada di sana sejak abad ke 16, atau pada masa kerajaan Aceh Darussalam, itu bisa kita lihat dengan di temukannya batu nisan bercorak Aceh Darussalam dalam komplek makam dan juga terdapat beberapa makam lain yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Salah satu makam tersebut adalah makam Meuntroe (Menteri) Geulanceng,begitulah orang disana menyebutnya, bisa di tafsirkan orang yang di makamkan di tempat tersebut sangatlah berpengaruh pada masa Kesultanan Aceh Darussalam yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.

Sumber lain menjelaskan,pada masa Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh Darussalam, wilayah Pidie mempunyai hak istimewa tersendiri itu dikarenakan pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa beliau membuat suatu pemerintahan yang langsung dibawah Sultan aAceh pada saat itu khusus untuk menaungi wilayah Pidie.

Pada saat itu Sultan Iskandar muda hendak melakukan penyerangan ke malaka, beliau mengunjungi Negeri Pedir dan Meureudu, dan mengadakan rapat dengan para petinggi-petinggi negeri tersebut, dan menghasilkan kesimpulan bahwa seluruh rakyat Negeri Pedir dan Meureudu mendukung perang yang akan dilakukan sultan.

Sultanpun mengangkat dan mengambil sumpah para Pejabat Pemerintahan di Negeri Pedir dan Meureudu, dan memberikan gelar kehormatan, Meuntroe (Menteri), dan Bentara (Perwira), serta Panglima dan Keurajeun bagi Uleebalang yang menjabat dikuala dan rimba.

Jabatan Mentroe (Menteri) sendiri diberikan kepada, Meuntroe Blanggalang, Meuntroe Aree,  Meuntroe Garot, Meuntroe Metareum dan Meuntroe Krueng Seumideun. Setelah Sultan Iskandar Muda memberikan gelar Kehormatan tersebut, para Meuntroe (Menteri) inilah yang mengendalikan wilayahnya masing-masing.

Gelar Meuntroe Geulanceng sendiri di berikan kepada Meuntroe Krueng Seumideun, mungkin Sultan Iskandar Muda pada saat itu sangat mempercayai beliau makanya diberi gelar Geulanceng atau bisa diartikan “Kunci”, belum adanya sumber yang jelas tentang sejarah Meuntroe Geulanceng tersebut menjadikan informasi yang didapatkan sangatlah sedikit.


Makam Meuntroe Geulanceng

para pencari jejak

 para pencari jejak

Jadi sangat disayangkan situs sejarah seperti ini di biarkan begitu saja tanpa di pugar atau di rawat, padahal dari situs-situs sejarah seperti inilah kita dapat mencari informasi tentang sejarah kerajaan aceh atau tentang kerajaan pedir itu sendiri.

Saya sangat mengharapkan kepada Pemerintah, masyarakat serta pemerhati sejarah untuk sama-sama menjaga dan merawat situs sejarah tersebut, agar kelak para penurus kita tahu sebuah sejarah aceh masa dulu.

Sumber : H,M Muhammad Said,dalam makalah seminar PKA II

Baca Juga:



EmoticonEmoticon