Munir si bocah Rapa'I plok
Saya berkesempatan mengunjungi sebuah Gampong yang berada di
Kecamatan Bate,Kabupaten Pidie,yaitu Gampong Pulo Tukok,lucu nama
Gampongnya,tapi itulah nama dari sebuah Desa yang berada tidak jauh dari pantai
Geunteng,yang daerah tersebut di kelilingi oleh neuheun (tambak),saya berandai
mungkin nama Pulo Tukok di karenakan di kelilingi oleh tambak.
Teman saya sedang mengerjakan sebuah projek film documenter
pada saat itu,dan saya berkesempatan untuk gabung bersama dengan mereka untuk
proses pembuatan film tersebut,sampainya di sana saya merasa seperti sedang berada di padang pasir,di karenakan
disana sangatlah panas dan gersang,hanya beberapa jenis pohon saja yang hidup
di daerah tersebut.
Saya berkesempatan mewawancarai seorang anak yang sangat
berbakat dalam hal seni,bisa di katakan dia multitalent,dialah Munir,seorang
bocah yang masih duduk di bangku kelas 1 di SMP 1 Peukan Pidie,wajar saja saat
saya mengatakan dia sangat berbakat,itu di karenakan darah seni yang mengalir
dalam dirinya dari sang kakek.
Hidup dalam berkecukupan,ayahnya seorang guru ngaji,dan
ibunya yang hanya seorang ibu rumah tanggga,tidak menyurutkan niat untuk
berkratifitas dari anak ke 3 dari 4 bersaudara ini,bahkan dengan bakatnya
tersebut dia telah tampil di berbagai acara,baik acara kecil,atau acara
berskala besar sekalipun,seperti pada acara yang di selengerakan oleh Pemkot
Banda Aceh,dan pada event PEDIR Raya Festival,serta banyak event lainnya.
Seni yang saya maksudkan di sini adalah seni rapa’I,seni
yang telah di wariskan secara turun temurun ini sangatlah melekat di dalam
hatinya,sedikit saya menjelaskan tentang rapa’I,peralatan music tradisioal
rapa’I merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat
aceh,baik secara filosofis,maupun cultural.
Pertunjukan rapa’i biasanya di mainkan 8 hingga 12 pemain
yang disebut awak rapa’I, sedangkan peralatan rapa’I itu sendiri berasal dari
baghadad (irak),dibawa oleh seorang penyiar agama islam bernama Syeh Rifai atau
yang lebih di kenal dengan nama Syeh Rapi
pada abad ke-11 (sumber,Z.H.Idris).
Terdapat kedekatan tertentu alat musik ini di hati
masyarakat Aceh tidak terkecuali seorang bocah yang bernama munir dan
teman-temannya di Gampong Pulo tukok,rapa’I biasanya digunakan pada
acara,seperti,acara perkawinan,pasar malam,ulang tahun,syukuran,mengiringi
tarian,memperingati hari tertentu,dan masih banyak lagi kegunaan dari rapa’I
tersebut.
Dari sinilah munir besarta teman-temannya mengekspresikan
bakat mereka,menurut cerita dari sang kakek,dikarenakan mereka masih
anak-anak,jadi dulunya mereka tidak di izinkan untuk mengunakan rapa’I,tapi
beliau menuturkan,para bocah-bocah tersebut tidak sampai patah semangat dalam
mengekspresikan seni mereka.
Merekapun mencari cara agar hasrat seni mereka
tersalurkan,dan salah satu cara yang sangat unik adalah dengan menggunakan alat
rapa’I dari plok cet bekas (kaleng cat bekas),itu di dasarrkan karena suara
kaleng bekas hampir mirip dengan suara rapa’I sebenarnya,tinggal di tambahkan
tutup bekas air fanta untuk dijadikan sebagai pengiring dari rapa’i tersebut.
Dan semenjak saat itulah kira-kira 5 tahun yang lalu mereka
menggunakan kaleng bekas tersebut hingga
sekarang,tapi dengan alat tersebutlah cara bermain rapa’I menjadi sangatlah
unik,apalagi yang memainkannya oleh para bocah-bocah yang sangat berbakat
ini,Mereka menamai grub rapa’I mereka dengan nama cucoe Barona (cucu
barona),itu dikarenakan para orang-orang dewasa di gampong pulo tukok telah
terlebih dahulu menggunakan nama grub Barona Jaya.
Dari sinilah dia berkreasi serta mengajak teman-temannya
yang lain untuk menyalurkan bakat mereka bersama-sama,selain rapa’I biasa dan rapa’I plok,Munir ini juga
mempunyai bakat lain seperti yang saya katakan pada awal cerita,dia mempunyai
bakat lain seperti,menari,debus,bigbox (musik masa kini),dan lain sebagainya.
Dari cerita ini saya dapat mengambil kesimpulan yang bahwa
bila kita mempunya sebuah bakat,potensi atau sebuah skill sudah sepatunya kita
mengekspresikan potensi tersebut,jangan di pendam apa lagi di jadikan sebuah
beban,karena dengan bakat tersebutlah jati diri kita akan Nampak jelas.
Dan saya mengharapakan dari pemerintah Kabupaten Pidie itu
sendiri untuk mendukung serta member ruang kepada mereka-mereka yang mempunya
bakat seperti munir ini,selain menjadikan mereka sebagai pelaku seni,dengan
mereka terkenal dapat juga nama Kabupaten Pidie lebih dikenal di tingkat
Provinsi,Nasional,maupun Internasional,insyaallah.
Komentar
Posting Komentar