6/04/2017

Munir si bocah Rapa'I plok


Munir beserta teman-temannya saat latihan rapa'i plok
Saya berkesempatan mengunjungi sebuah Gampong yang berada di Kecamatan Bate,Kabupaten Pidie,yaitu Gampong Pulo Tukok,lucu nama Gampongnya,tapi itulah nama dari sebuah Desa yang berada tidak jauh dari pantai Geunteng,yang daerah tersebut di kelilingi oleh neuheun (tambak),saya berandai mungkin nama Pulo Tukok di karenakan di kelilingi oleh tambak.


Teman saya sedang mengerjakan sebuah projek film documenter pada saat itu,dan saya berkesempatan untuk gabung bersama dengan mereka untuk proses pembuatan film tersebut,sampainya di sana saya merasa seperti  sedang berada di padang pasir,di karenakan disana sangatlah panas dan gersang,hanya beberapa jenis pohon saja yang hidup di daerah tersebut.

Saya berkesempatan mewawancarai seorang anak yang sangat berbakat dalam hal seni,bisa di katakan dia multitalent,dialah Munir,seorang bocah yang masih duduk di bangku kelas 1 di SMP 1 Peukan Pidie,wajar saja saat saya mengatakan dia sangat berbakat,itu di karenakan darah seni yang mengalir dalam dirinya dari sang kakek.

Hidup dalam berkecukupan,ayahnya seorang guru ngaji,dan ibunya yang hanya seorang ibu rumah tanggga,tidak menyurutkan niat untuk berkratifitas dari anak ke 3 dari 4 bersaudara ini,bahkan dengan bakatnya tersebut dia telah tampil di berbagai acara,baik acara kecil,atau acara berskala besar sekalipun,seperti pada acara yang di selengerakan oleh Pemkot Banda Aceh,dan pada event PEDIR Raya Festival,serta banyak event lainnya.

Seni yang saya maksudkan di sini adalah seni rapa’I,seni yang telah di wariskan secara turun temurun ini sangatlah melekat di dalam hatinya,sedikit saya menjelaskan tentang rapa’I,peralatan music tradisioal rapa’I merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat aceh,baik secara filosofis,maupun cultural.

Pertunjukan rapa’i biasanya di mainkan 8 hingga 12 pemain yang disebut awak rapa’I, sedangkan peralatan rapa’I itu sendiri berasal dari baghadad (irak),dibawa oleh seorang penyiar agama islam bernama Syeh Rifai atau yang lebih di kenal dengan nama Syeh Rapi  pada abad ke-11 (sumber,Z.H.Idris).

Terdapat kedekatan tertentu alat musik ini di hati masyarakat Aceh tidak terkecuali seorang bocah yang bernama munir dan teman-temannya di Gampong Pulo tukok,rapa’I biasanya digunakan pada acara,seperti,acara perkawinan,pasar malam,ulang tahun,syukuran,mengiringi tarian,memperingati hari tertentu,dan masih banyak lagi kegunaan dari rapa’I tersebut.

Dari sinilah munir besarta teman-temannya mengekspresikan bakat mereka,menurut cerita dari sang kakek,dikarenakan mereka masih anak-anak,jadi dulunya mereka tidak di izinkan untuk mengunakan rapa’I,tapi beliau menuturkan,para bocah-bocah tersebut tidak sampai patah semangat dalam mengekspresikan seni mereka.

Merekapun mencari cara agar hasrat seni mereka tersalurkan,dan salah satu cara yang sangat unik adalah dengan menggunakan alat rapa’I dari plok cet bekas (kaleng cat bekas),itu di dasarrkan karena suara kaleng bekas hampir mirip dengan suara rapa’I sebenarnya,tinggal di tambahkan tutup bekas air fanta untuk dijadikan sebagai pengiring dari rapa’i tersebut.

Dan semenjak saat itulah kira-kira 5 tahun yang lalu mereka menggunakan kaleng bekas  tersebut hingga sekarang,tapi dengan alat tersebutlah cara bermain rapa’I menjadi sangatlah unik,apalagi yang memainkannya oleh para bocah-bocah yang sangat berbakat ini,Mereka menamai grub rapa’I mereka dengan nama cucoe Barona (cucu barona),itu dikarenakan para orang-orang dewasa di gampong pulo tukok telah terlebih dahulu menggunakan nama grub Barona Jaya.

Dari sinilah dia berkreasi serta mengajak teman-temannya yang lain untuk menyalurkan bakat mereka bersama-sama,selain rapa’I  biasa dan rapa’I plok,Munir ini juga mempunyai bakat lain seperti yang saya katakan pada awal cerita,dia mempunyai bakat lain seperti,menari,debus,bigbox (musik masa kini),dan lain sebagainya.

Dari cerita ini saya dapat mengambil kesimpulan yang bahwa bila kita mempunya sebuah bakat,potensi atau sebuah skill sudah sepatunya kita mengekspresikan potensi tersebut,jangan di pendam apa lagi di jadikan sebuah beban,karena dengan bakat tersebutlah jati diri kita akan Nampak jelas.

Dan saya mengharapakan dari pemerintah Kabupaten Pidie itu sendiri untuk mendukung serta member ruang kepada mereka-mereka yang mempunya bakat seperti munir ini,selain menjadikan mereka sebagai pelaku seni,dengan mereka terkenal dapat juga nama Kabupaten Pidie lebih dikenal di tingkat Provinsi,Nasional,maupun Internasional,insyaallah.




Baca Juga:



EmoticonEmoticon