Tu Ulee Gle, Sejarah Hilang Yang Hanya Tinggal Nama
foto: beberapa warga sedang melihat makam Tu Ulee gle,di Gampong Meunasah Blang Baroh
Di Aceh
sangat banyak terdapat makam-makam ulama terdahulu yang berada di berbagai
tempat. Mereka merupakan orang yang terpandang dan di segani di kalangan
masyarakat. Faktor ilmulah yang
menyebabkan hal tersebut terjadi terutama kelebihan dalam ilmu agama.
Jika
ditelusuri lebih jauh, makam-makam tersebut ternyata memiliki hubungan walaupun letaknya di tempat
yang berbeda-beda dan dpisahkan oleh jarak yang cukup jauh. Hubungan dalam hal
ini bisa jadi berupa hubungan antara guru dan murid, teman seperjuangan, ayah
dan anak dan sebagainya.
Salah
satu makam yang kami kunjungi di sela-sela waktu luang mengisi hari libur
adalah berkunjung ke makam tu Hanafiah yang berada di kawasan glumpang Payong.
Tu Hanafiah (Tu Ule Glee) merupakan endatoe (nenek moyang) dari pada Meuntroe
Adan (Menteri wilayah Adan), serta Bentara Seumasat Glumpang Payong (kolonel
intelijen wilayah Glumpang Payong).
Meuntroe
Adan ini mendapat gelar kehormatan dari Sultan Iskandar Muda dengan sebutan
Laksamana Negeri Ndjong (perwira tinggi angkatan laut Negeri Ndjong) yang diberikan
oleh Sultan pada saat Sultan hendak menyerang Malaka pada tahun 1629 M.
Tu
Hanafiah (Tu Ule Glee) meninggal ketika melakukan penyerangan terhadap benteng
Portugis sekitar tahun 1521 yang berada di daerah kawasan Panteraja. Menurut keterangan warga saat beliau gugur
dalam perang jenazah beliau dibawa pulang oleh kudanya ke Glumpang Payong.
Kemudian Jenazah beliau di makamkan di daerah tersebut. Hingga saat ini makam
beliau masih tetap terjaga dengan baik dan sudah di jadikan sebagai Cagar Budaya
untuk wilayah Kabupaten Pidie.
foto: warga sedang menemani tim melihat makam Tu Ulee gle,di Gampong Meunasah Blang Baroh
foto: Makam Tu Ulee Gle (Tu Hanafiah)
Selain
makam Tu ulee Gle di komplek makam ini terdapat juga makam Tgk Imum Lueng Bata.
Beberapa peninggalan dari Tu Hanafiah atau yang sering disebut sebagai Tu Ulee
Gle kini tersimpan rapi di Museum Cagar Budaya Aceh, di antaranya, baju sirah
(baju perang), pedang, dan kupiah
Tidak
banyak informasi yang kami dapat mengenai Tu Hanafiah ketika kami berkunjung ke
sana. Hal ini karena sejarah tentang kehidupan beliau tidak diteruskan kepada
generasi muda dan jikapun ada itu hanyalah sekedar cerita dari mulut ke mulut
sehingga sejarah tentang kehidupan beliau masih perlu dipertanyakan
kebenarannya.
Jika
keadaan seperti ini terus dibiarkan maka lama kelamaan sejarah yang selama ini
ada akan hilang dan lenyap. Bahkan generasi selanjutnya tidak akan mengetahui
tentang sejarah dari bangsanya. Oleh karna itu kita sebagai generasi penerus
harus mencari dan mempelajari tentang fakta-fakta sejarah agar bisa diwariskan
kepada anak cucu kita nantinya.
Komentar
Posting Komentar