2/05/2018

Agrowisata Rambutan Dari Tanah Mila

Foto: Rambutan di salah perkebunan warga di Lala, Kec Mila

Di Jumat siang itu, sekitar jam 14.00 WIB. Kami pergi ke kebun rambutan di Gampong Lala. Saat dalam perjalanan kesana kami menjumpai banyak pedagang rambutan di pinggir-pinggir jalan terutama dikawasan Gle Gapui. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 30 menit sampailah kami di tempat  tujuan. Merahnya buah rambutan diperkebunan menyambut kedatangan kami. Tak ingin berlama-lama kamipun langsung memetik rambutan itu dipohonnya.
Sedikit bercerita, siapa yang tidak mengenal rambutan Lala. Hampir semua masyarakat Kabupaten Pidie hingga ke kabupaten lain mengenalnya. Di Kabupaten Pidie sendiri buah ini sedang mengalami musimnya. Buah ini merupakan musimnya sendiri ketika memasuki bulan Desember hingaa Maret bersamaan dengan musim durian. Hampir semua tempat menjajakan buah rambutan dari Kecamatan Mila ini untuk di jual.

Buah dengan nama Latin Nephelium Lamppaceum ini banyak terdapat didaerah yang beriklim tropis yang tergolong dalam suku lerak-lerakan atau Sapindeceae. Kata rambutan sendiri berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Sebab itulah dinamakan dengan rambutan. Buah ini hanya tumbuh di wilayah Asia Tenggara. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang miliki rambut di bagian luarnya. Warnanya hijau ketika masih muda lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/rahum.

Hampir  di setiap pekarangan rumah warga Kecamatan Mila dapat kita jumpai pohon rambutan. Selain ditanam di perkarangan rumah, pohon rambutan juga ditanam di setiap perkebunan warga di daerah tersebut. Dari panennya setiap tahun, petani rambutan di Kecamatan Mila meraup keuntungan yang sangat banyak dari penjualan buah rambutan. Baik yang di beli oleh para pengepul maupun yang datang dan memetik langsung dari pohonnya.

Ibu Ani (50) menuturkan bahwa beliau mempunyai 4 hektar kebun rambutan. Tidak hanya rambutan, dikebunnya juga ditanami durian. Setiap musim rambutan dan durian banyak warga yang pergi ke kebunnya untuk memetik dan membeli langsung rambutan. Harga per ikatnya di kebun dijual dengan harag Rp.10.000, tetapi kalau sudah dijual di pasar harganya bisa mencapai dua kali lipat. Oleh sebab itu, banyak masyarakat lebih memilih datang langsung ke kebun sambil bersantai dan melihat buah rambutan yang sedang di petik.


 
 Foto: Ibu-ibu sedang mengikat rambutan untuk di jual

Kami berharap pemerintah agar menjadikan kawasan ini sebagai tempat Agrowisata. Dengan tujuan agar nantinya Kecamatan Mila ini dikenal sebagai kawasan produksi rambutan hingga Provinsi. Hal ini dilihat berdasarkan pemanfaatan potensi yang sudah ada. Caranya bisa dilakukan dengan cara memberikan bibit rambutan yang berkualitas untuk ditanami oleh warga sehingga tingkat produktivitas rambutan nantinya akan meningkat.

Dan yang terpenting pemerintah mendukung agrowisata ini dengan mempromosikian kawasan tersebut sebagai wilayah agrowisata Pidie. Nantinya, dengan sendirinya hal ini akan mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.

 
Foto: Ibu-ibu sedang mengikat rambutan untuk di jual

Baca Juga:



EmoticonEmoticon