Tradisi Turun Temurun Masyarakat Genteng, Batee Kabupaten Pidie, Apa itu? Yok Simak.!!
Setelah ngopi pagi, saya beserta teman-teman berencana untuk pergi ke sebuah Gampong yang berada dalam kawasan Kecamatan Batee. Siang itu matahari begitu sempurna menampakkan diri. Keringatpun bercucuran membasahi baju kami saat sedang dalam perjalanan. Gampong yang kami tuju adalah Gampong Genteng. Sebuah Gampong yang berada di pesisir pantai Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie.
Akhirnya kamipun sampai di tempat tujuan, yaitu Gampong Genteng. Ternyata Gampong Genteng terdapat dua wilayah gampong yang berbeda. Berdasarkan letak terbagi dua Genteng Timur dan Genteng Barat. Di persimpangan jalan pembatas kedua gampong tersebut kami memilih untuk menuju ke Gampong Geunteng Barat. Setelah melihat kiri kanan untuk mencari apa yang kami inginkan akhirnya ditemukan.
Dengan wajah yang serius dan jari-jemari yang tidak pernah berhenti kami melihat keseriusan seorang ibu dalam membuat seni anyaman tikar dari daun pandan (Oen Seukee). . Kamipun disambut dengan hangat dan dipersilahkan duduk untuk melepas penat setelah menempuh perjalanan yang begitu menegangkan.
Akhirnya kami mulai berinteraksi dengan seorang ibu yang sedang mengannyam tikar tersebut. Aisyah namanya. Umurnya 35 tahun dan sudah beranak dua. Ibu dengan dua anak tersebut menjelaskan bahwa beliau sudah menganyam tikar semenjak dari masih remaja hingga sekarang setelah di persunting oleh seorang pangeran. Candakuu…!!!
Beliau menganyam tikar setelah belajar dari ibunya sendiri yang juga seorang penganyam tikar. Ia menjelaskan bahwa mayoritas wanita dari kedua Gampong Genteng tersebut merupakan penganyam tikar.
Daun pandan ini mereka dapatkan dari kebunnya sendiri dan kadang mereka beli dari warga yang lain. Setelah daun pandan didapatkan, selanjutnya akan dijemur dibawah panas terik matahari hingga keringnya merata. Setelah proses pengeringan selesai akan dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Tidak semua daun pandan diwarnai tetapi hanya sebagiannya saja saja. Setelah itu barulah dimulai proses menganyam tikar.
Foto: Ibu-ibu sedang mempersiapkan bahan untuk membuat tikar
Proses pembuatannya membutuhkan kesabaran dan waktu yang panjang. Tikar daun pandan yang dijual ke pasar bervariasi harganya. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya dan tergantung corak yang dimiliki. Ada yang memiliki corak polos, corak yang biasa, hingga corak yang sangat rumit. Faktor ketebalan juga mempengaruhi nilai jual tikar. Singkatnya ada tikar yang hanya terbuat satu lapisan dan ada tikar yang terbuat dua lapisan anyaman. Harga kisaran biasanya dari 300 ribu hingga 1 juta perlembar.
Dengan keahlian tangan para wanita digampong genteng inilah tikar pandan genteng telah terkenal keseluruh Pidie, hingga keseluruh Aceh, itu tidak lain selain kualitas tikarnya yang sangat bagus serta tahan lama juga di dukung oleh motif-motif baru mengikuti perkembangan zaman.
Itulah sepenggal cerita dari wanita-wanita Gampong Genteng, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie. Sudah sepatutnya pemerintah lebih memperhatikan usaha rakyat menengah kebawah seperti ini, selain memberikan mereka cara-cara pembuatan anyaman tikar yang lebih modern dengan mendatangkan pakar-pakar dari luar, juga memberikan modal usaha untuk memperluas pasar tikar pandan tradisional ini, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu mempromosikan seni anyaman tikar ini keluar daerah baik tingkat Provinsi, Nasional, hingga Kemancanegara.
Komentar
Posting Komentar