Meriam, senjata perang Konvensional
Foto: Meriam peninggalan belanda, Gampong Meunasah Ulee Tutue, Kecamatan Delima
Meriam adalah salah satu senjata yang digunakan dalam peperangan di masa lalu, meriam merupakan tonggak awal terciptanya Artileri yang kini sudah menjadi Alutsista yang wajib dimiliki setiap angkatan bersenjata, senjata meriam diketahui pertama kali muncul pada abad ke III SM di Alexanderia yang di rancang oleh Ctesibius.
Meriam juga digunakan pada masa perang aceh melawan penjajah Portugis dan Belanda. Menurut Jacob Rijck Van Opmeer, sejak permulaan abad ke XVII Bangsa Aceh sudah bisa menggunakan dan membuat meriam, meriam yang di produksi pada saat itu terbuat dari perunggu, tembaga, atau besi. Namun demikian sebagian besar meriam yang dimiliki Bangsa Aceh merupakan hadiah dan rampasan perang.
Di Pidie menurut beberapa sumber dulunya banyak ditemukan meriam bekas perang antara Aceh dan Belanda, hanya saja meriam-meriam tersebut sekarang tidak diketahui keberadaannya. Salah satu yang masih tersisa diantaranya seperti meriam yang terdapat di Gampong Meunasah Ulee Tutue, Mukim Aree. Meriam tersebut ditemukan oleh warga di sungai dan dipindahkan ke dalam pekarangan Meunasah di Gampong tersebut.
Meriam yang terdapat di Gampong Meunasah Ulee Tutue merupakan meriam hasil produksi dari Spanyol. Tahun pembuatannya tertera 1800 M, hal ini bisa dilihat dari lambang serta tulisan yang terdapat di bagian permukaan atas dari meriam tersebut.
Foto: Sepasang meriam yang terdapat di Gampong Dayah Bubue, Kec Peukan Baro
Komentar
Posting Komentar