10/25/2018

Unoe, Gampong Seumande Dari Tanoh Pidie

Foto: Pengrajin besi sedang memproses besi untuk di jadikan pisau

“Ting, ting, ting..!!” Bunyi pukulan besi yang setiap hari selalu terdengar di setiap rumah warga sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Tiap harinya ada ribuan tempahan besi yang sudah menjadi parang, sabit, dan pisau yang dihasilkan gampong ini. Nama Gampong tersebut adalah Unoe.
Gampong Unoe, gampong yang terletak dalam Kecamatan Glumpang Baro ini dihuni oleh masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani. Tidak hanya ahli dalam bertani, ternyata masyarakat Unoe juga ahli dalam mengolah besi menjadi alat untuk kebutuhan sehari-hari, seperti, parang, pisau dan sabit. Dalam bahasa Aceh, para pandai besi disebut dengan “Seumande”.


Foto: Pengrajin besi melakukan peleburan besi untuk di bentuk menjadi pisau atau parang

Pandai besi merupakan orang yang bekerja menempa besi dengan menggunakan api untuk membentuk besi tersebut menjadi suatu benda yang diinginkan. Seorang ahli pandai besi biasanya memiliki otot yang kekar dan badan yang kuat. Faktor tersebut disebabkan cara mereka bekerja yang hampir semuanya menggunakan otot dan kekuatan tubuh.

Asal-usul bagaimana mayarakat Gampong Unoe menjadi “Seumande” adalah warisan turun temurun. Pandai besi yang ada saat ini sumber ilmunya diturunkan oleh orang tua mereka. Masyarakat Unoe meyakini bahwa mengolah besi menjadi parang dan sejenisnya telah berjalan ratusan tahun yang lalu pada masa Kesultanan Aceh Darussalam.

Tidak mengherankan memang, pada masa Kesultanan Aceh Darussalam setiap wilayah mempunyai para pandai besi. Hal ini karena pandai besi sangat erat hubungan dengan para pejuang atau prajurit. Karena dari tangannyalah tercipta pedang, rencong, tombak, panah,dan berbagai macam senjata lainnya. Senjata yang digunakan untuk menggores darah dan juga sejarah.

Utoh Mahmud abu (63), adalah salah satu pandai besi yang ada di Gampong Unoe. Beliau menjelaskan bahwa ia telah menekuni pekerjaan sebagai pandai besi sejak duduk di bangku di sekolah dasar. Ia sudah menjadi pandai besi kira-kira 45 tahun yang lalu dan ini merupakan pekerjaan turun-temurun dari keluarga beliau. “Dahulunya setelah pulang sekolah saya bantu orang tua membuat parang atau pisau, dan hingga kini saya masih meneruskan profesi ini”. Inilah sedikit pernyataan Utoh Mahmud yang kami wawancarai. Menurutnya, usaha yang telah beliau lakukan tersebut mampu mencukupi kebutuhan keluarganya serta membuka lapangan kerja bagi para pemuda di gampong tersebut sebagai pandai besi.


Foto: Pengrajin sedang melakukan proses pembentukan pisau

Memproduksi alat-alat seperti parang, pisau, dan sabit membutuhkan bahan dan peralatan-peralatan khusus sebagai penunjangnya, seperti, besi waja atau besi per yang kemudian di olah menjadi parang. Untuk gagangnya menggunakan kayu cawardi yang mudah dibentuk dan betahan lama. Alat yang digunakan untuk membuat parang tersebut adalah palu, landah, penjepit besi, blower, kikir ,grenda, kertas pasir, arang yang khusus di datangkan dari samalanga, dan air.

Harga satuan dari parang atau pisau buatan pandai besi Unoe bervariasi tergantung jenis bahan dan tingkat kerumitannya. Harga parang biasanya di jual dengan harga 52 ribu rupiah perbuah, sedangkan untuk pisau dijual dengan harga 12 ribu rupiah perbuah.

Mayarakat Gampong Unoe merasa nyaman dengan perekonomian yang dihasilkan dari pandai besi. Pekerjaan ini menjadi sampingan sebagai petani dan sangat mempengaruhi kesejahteraan perekenomian masyarakat Gampong Unoe. Seperti yang dikatakan oleh seorang pemuda Fajar (24), menjadi pandai besi merupakan suatu keahlian yang dimiliki oleh masyarakat  Gampong Unoe.

Itulah sedikit ulasan tentang gampong pandai besi Unoe yang telah berpuluhan tahun lamanya berjalan sebagai salah satu sentral pandai besi di Kabupaten Pidie. Sudah sepatutnya pemerintah lebih memperhatikan nasip para “Seumande”, serta lebih berperan aktif untuk mempromosikan hasil pandai besi ini ketingkat provinsi maupun nasional.

Baca Juga:



EmoticonEmoticon