Foto : Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Ujong Rimba,
Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie
Foto : rumoh aceh peninggalan dari Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur
Sekembalinya dari tanah suci, beliau merintis kembali dayah yang dibangun oleh ayahnya Tgk Hasyim ditempat kelahirannya dulu. Di dayah tersebut beliau mengembangkan pendidikan Islam, bahkan bersama Tgk Muhammad Daud Beureueh beliau merubah pola pendidikan Islam di Aceh yang semula berbentuk dayah tradisional menjadi madrasah, serta menambahkan dengan pelajaran bahasa inggris dan belanda tetapi tidak menghilangkan tujuan dasarnya yaitu mencerdaskan generasi dengan berasaskan Islam.
Meskipun Tgk H. Abdullah adalah seorang yang menganut Tarikat Haddadiyah tetapi beliau tidak membenarkan aliran-aliran kebatinan yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Untuk memberantas aliran-aliran seperti itu beliau mengarang tiga buah kitab, yaitu kitab Salek Buta yang bertujuan memberantas aliran-aliran kebatinan yang berasal dari paham Wadhatul Wujud. Kedua, kitab Ilmu Tharekat yang bertujuan memberi keterangan tentang tarekat yang benar dan tarekat yang salah. Ketiga, Kitab Hakikat Islam yang bertujuan menjelaskan ajaran Islam yang sebenarnya.
Selain sebagai seorang ulama, Tgk H. Abdullah Ujong Rimba juga berkiprah dalam organisasi dan politik, diantaranya beliau bergerak dalam organisasi Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) bersama Tgk Muhammad Daud Beureueh. Beliau juga bersama-sama dengan Tgk Muhammad Daud Beureueh beserta ulama-ulama lainnya untuk mendirikan Negara Islam yang lebih dikenal dengan sebutan (DI/TII). Akan tetapi, pada tahun 1956 beliau kembali dalam pangkuan NKRI. Tidak hanya itu, Tgk H. Muhammad Ujong Rimba juga dikenal sebagai penggagas berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh.
Dalam dunia pemerintahan, Tgk H. Abdullah pernah menjadi anggota Atjeh Syu Syuko Hoin (Mahkamah Tinggi Agama Daerah Aceh) ketika Jepang menduduki Aceh yaitu pada tahun 1364 H/1944 M. Pada tahun 1366 H/1946 M beliau menjadi ketua Mahkamah Syariah di Kabupaten Pidie. Selanjutnya pada tahun 1380 H/1960 M beliau diangkat menjadi ketua Mahkamah Syariah Provinsi Aceh hingga beliau pensiun.
Foto : Makam Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Gampong Trubue, Kecamatan Mutiara
Kehidupan organisasi dan politik beliau berbanding terbalik dengan kehidupan pribadi beliau. Menurut penuturan ibu Qamariah Daud (54) yang tidak lain adalah keponakan dari Tgk H. Abdullah Ujong Rimba, menjelaskan bahwa Tgk H. Abdullah Ujong Rimba mempunyai tiga orang istri. Istri yang pertama adalah Teungku Nyak Fatimah dari Ujong Rimba. Istri kedua Umi Rambayan, dan yang ketiga adalah Hj. Absyah dari Trubue. Dari ketiga istrinya, beliau tidak satupun yang mempunyai keterunan hingga tutup usia.
Tgk H. Abdullah Ujong Rimba meninggal pada hari ahad 4 April 1984 di Trubue, dikarenakan kesehatannya menurun. Beliau dimakamkan tepat di depan Masjid Trubue, Kecamatan Mutiara Barat. Selain ilmu dan ketokohannya, beliau juga meninggalkan dayah yang hingga sekarang masih aktif yaitu Dayah Tgk H. Abdullah Ujong Rimba. Selain itu, beliau juga meninggalkan sebuah Rumoh Aceh yang kondisinya saat ini sangat memprihatinkan.
Inilah sedikit ulasan tentang riwayat hidup seorang ulama dan juga tokoh bangsa Tgk H. Abdullah Ujong Rimba. Semoga perjalanan hidupnya dapat menjadi sebuah pelajaran bagi kita semua generasi bangsa selanjutnya untuk terus menjaga dan melanjutkan tongkat estafet yang telah di tinggalkan oleh para pendahulu.(zk)
EmoticonEmoticon