4/06/2019

Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Tokoh Yang Terlupakan



Foto : Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie

tepatnya tahun 1323 H/1908 M dari pasangan Tgk Haji Hasyim dan Nyak Isah. Nama kecil beliau adalah Abdullah. Ayah beliau merupakan seorang kadi Uleebalang Peusangan. Seperti pada umumnya kebanyakan masyarakat Aceh, pendidikan dasar yang di peroleh sang anak adalah dari oang tua mereka. Terutama yang berhubungan dengan agama dan akhlak. Begitu juga yang dialami oleh Abdullah saat masih kecil. Sejak kecil beliau telah mempelajari berbagai disiplin ilmu Islam, mulai dari aqidah, akhlak, bahasa arab hingga ushul fiqih.Di usia 10 tahun, Tgk Abdullah Ujong Rimba selanjutya menimba ilmu di Dayah Ie Leubeu Meunasah Blang di bawah asuhan seorang ulama yaitu Tgk Ali. Di dayah tersebut beliau memperdalam bahasa arab, fiqih, tafsir dan tasawuf. Pada tahun 1341 H/1921 M, beliau melanjutkan pendidikan ke Dayah Lamsi di Aceh Besar yang pada saat itu dipimpin sendiri oleh T. Panglima Polem Muhammad Daud Syah. Dari dayah inilah beliau kembali memperdalam ilmu hadist, tafsir dan fiqih.


 Foto : rumoh aceh peninggalan dari Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur

Selanjutnya pada tahun 1344 H/1924 M. Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan rukun islam yang kelima yaitu haji. Setelah melakukan haji beliau tidak langsung pulang ke Aceh tetapi bemukim di Mekkah selama tiga tahun. Disana beliau kembali memperdalam ilmu tafsir, fiqih, sejarah, mantik, dan ilmu kalam pada guru Mursyid Tarekat Al-Haddadiyah.

Sekembalinya dari tanah suci, beliau merintis kembali dayah yang dibangun oleh ayahnya Tgk Hasyim ditempat kelahirannya dulu. Di dayah tersebut beliau mengembangkan pendidikan Islam, bahkan bersama Tgk Muhammad Daud Beureueh beliau merubah pola pendidikan Islam di Aceh yang semula berbentuk dayah tradisional menjadi madrasah, serta menambahkan dengan pelajaran bahasa inggris dan belanda tetapi tidak menghilangkan tujuan dasarnya yaitu mencerdaskan generasi dengan berasaskan Islam.


Foto : Dayah Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur
 
Meskipun Tgk H. Abdullah adalah seorang yang menganut Tarikat Haddadiyah tetapi beliau tidak membenarkan aliran-aliran kebatinan yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Untuk memberantas aliran-aliran seperti itu beliau mengarang tiga buah kitab, yaitu kitab Salek Buta yang bertujuan memberantas aliran-aliran kebatinan yang berasal dari paham Wadhatul Wujud. Kedua, kitab Ilmu Tharekat yang bertujuan memberi keterangan tentang tarekat yang benar dan tarekat yang salah. Ketiga, Kitab Hakikat Islam yang bertujuan menjelaskan ajaran Islam yang sebenarnya.

Selain sebagai seorang ulama, Tgk H. Abdullah Ujong Rimba juga berkiprah dalam organisasi dan politik, diantaranya beliau bergerak dalam organisasi Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) bersama Tgk Muhammad Daud Beureueh. Beliau juga bersama-sama dengan Tgk Muhammad Daud Beureueh beserta ulama-ulama lainnya untuk mendirikan Negara Islam yang lebih dikenal dengan sebutan (DI/TII). Akan tetapi, pada tahun 1956 beliau kembali dalam pangkuan NKRI. Tidak hanya itu, Tgk H. Muhammad Ujong Rimba juga dikenal sebagai penggagas berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh.

Dalam dunia pemerintahan, Tgk H. Abdullah pernah menjadi anggota Atjeh Syu Syuko Hoin (Mahkamah Tinggi Agama Daerah Aceh) ketika Jepang menduduki Aceh yaitu pada tahun 1364 H/1944 M. Pada tahun 1366 H/1946 M beliau menjadi ketua Mahkamah Syariah di Kabupaten Pidie. Selanjutnya pada tahun 1380 H/1960 M beliau diangkat menjadi ketua Mahkamah Syariah Provinsi Aceh hingga beliau pensiun.

Foto : Makam Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba, Gampong Trubue, Kecamatan Mutiara

Selanjutnya Tgk H. Abdullah dipercayakan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada tahun 1968. Dalam pemilihan umum tahun 1977 dan 1982 Tgk Haji Abdullah Ujong Rimba pernah terdaftar menjadi calon anggota DPR dan beliau terpilih. Hanya saja beliau mengundurkan diri dan beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI pada tahun 1977. Tgk H. Abdullah juga pernah mendapatkan bintang mahaputra kelas III pada tahun 1393 H / 1973 M.

Kehidupan organisasi dan politik beliau berbanding terbalik dengan kehidupan pribadi beliau. Menurut penuturan ibu Qamariah Daud (54) yang tidak lain adalah keponakan dari Tgk H. Abdullah Ujong Rimba, menjelaskan bahwa Tgk H. Abdullah Ujong Rimba mempunyai tiga orang istri. Istri yang pertama adalah Teungku Nyak Fatimah dari Ujong Rimba. Istri kedua Umi Rambayan, dan yang ketiga adalah Hj. Absyah dari Trubue. Dari ketiga istrinya, beliau tidak satupun yang mempunyai keterunan hingga tutup usia.

Tgk H. Abdullah Ujong Rimba meninggal pada hari ahad 4 April 1984 di Trubue, dikarenakan kesehatannya menurun. Beliau dimakamkan tepat di depan Masjid Trubue, Kecamatan Mutiara Barat. Selain ilmu dan ketokohannya, beliau juga meninggalkan dayah yang hingga sekarang masih aktif yaitu Dayah Tgk H. Abdullah Ujong Rimba. Selain itu, beliau juga meninggalkan sebuah Rumoh Aceh yang kondisinya saat ini sangat memprihatinkan.

Inilah sedikit ulasan tentang riwayat hidup seorang ulama dan juga tokoh bangsa Tgk H. Abdullah Ujong Rimba. Semoga perjalanan hidupnya dapat menjadi sebuah pelajaran bagi kita semua generasi bangsa selanjutnya untuk terus menjaga dan melanjutkan tongkat estafet yang telah di tinggalkan oleh para pendahulu.(zk)

Baca Juga:



EmoticonEmoticon