11/25/2019

Seudati, Warisan Budaya Pidie Yang Mendunia

Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie
 
Salah satu khazanah kebudayaan tradisi Aceh dalam bentuk seni tari adalah Seni Seudati. Seudati merupakan kesenian tradisional Aceh, berwujud seni tari yang diperankan oleh delapan penari pria dan satu sampai dua orang syekh (penyanyi).

Tari seudati muncul pada  acara tertentu utamanya  kegiatan pendakwahan ajaran Islam kepada masyarakat, menyangkut nilai kepercayaan dan ibadah kepada Allah SWT, etika dan akhlak serta nilai baik bermasyarakat pada ajaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, Tari Seudati kini mulai “ditinggalkan” generasi muda, tidak banyak lagi generasi muda  mampu dan mengetahui Seudati. Belum lagi kekurangan akan generasi yang memahami dan layak menjadi Syekh,pemimpin Seudati

Banyak pendapat mengenai asal usul nama tarian ini. Ada berpendapat penamaan “Seudati” berasal dari kata bahasa arab yaitu “Syahadatain” atau “Syahadati” berarti Syahadat yaitu pengakuan akan keesaan Allah dan pengakuan Muhammad merupakan Rasul utusan Allah. Selain itu, ada pula berpendapat bahwa “Seudati” berasal dari kata “Seurasi” (Bahasa Aceh). Kata ini bermakna kompak dan harmonis. Hal ini sesuai dengan gerakan dalam tarian Seudati.

Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie

Tari Seudati tergolong kategori “Tribal War Dance” atau tarian perang, dikarenakan syair-syairnya dapat membangkitkan semangat pemberontak pemuda kepada kekuasaan Belanda. Tarian ini sempat tidak di perbolehkan pada zaman pemerintahan Belanda, hingga akhirnya di perbolehkan kembali setelah Indonesia merdeka.

Pendakwah islam memanfaatkan tari ini sebagai media dakwah, karena didalam syair dan gerakan tari Seudati banyak mengandung ajaran agama islam sehingga dijadikan sebagai sarana penyebaran dan pendidikan agama Islam. Selain dapat menghibur, juga mendapatkan ajaran agama dan semangat perjuangan bagi khalayak ramai.

Tari Seudati tidak diiring alat musik hanya mengandalkan bunyi tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke lantai, dan petikan jari. mengikuti gerakan meliuk-liuk mundur beriring irama syair yang dilantukan aneuk Syekh sesuai irama dan tempo yang dinyanyikan.

Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie

Beberapa gerakan bersifat dinamis, penuh semangat dan kelihatan kaku. Hal itu sengaja dilakukan untuk memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan para penari sendiri. Selanjutnya gerakan tepukan kedada dan perut memaknai kesombongan dan juga sikap ksatria pria Aceh. Tari ini dimainkan oleh delapan laki-laki sebagai penari utama, terdiri satu orang sebagai pemimpin disebut Syekh serta seorang pembantu Syekh, dua orang pembantu sebelah kiri disebut apeet wie, pembantu di belakang disebut apeet bak, dan tiga orang pembantu biasa. Sedangkan dua orang penyanyi disebut aneuk syahi.

Bagian terpenting tarian Seudati terdiri dari likok (gaya;tarian), saman (melodi), irama kelincahan, yang menceritakan kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama. Sebagian kecil dari sejuta cerita di balik indahnya harmoni gerak Seudati telah member karakter pada seni tradisi Aceh sehingga mengundang decak kagum penikmatnya baik skala lokal maupun dunia.

Menelusuri perkembangan tari Seudati dari dulu hingga sekarang bukanlah hal yang mudah, terlihat jelas tari Seudati sangat popular pada masa muncul Syekh Ampon Bugeh dari Geureugok, Syeh Lah Bangguna dari Pidie, Syeh Ampon Mae dari Mulieng, Syeh Ampon Seuman dari Geudong Pasee dan Syeh Lah Geunta. Syeh Lah Geunta telah mempopulerkan tari Seudati ke mancanegara mulai dari Amerika Serikat, Spanyol, Belanda, Australia, Taiwan dan Malaysia. . Kondisi ini terjadi pada kisaran tahun 1990an sehingga popularitas Syeh Lah Geunta menjadikannya sebagai maestro tari Seudati. (Sumber Seudati di Aceh)

Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie

Peranan pemerintah dalam upaya pelestarian Seudati pada saat itu cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya sejumlah agenda seni yang di dalamnya ikut ditampilkan tari Seudati terutama pada kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Sejak pagelaran tersebut digelar hingga sekarang, untuk tingkat pemula terdapat juga agenda seni lain yang memberikan ruang kepada Seudati untuk berkembang, seperti kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni tingkat sekolah dasar dan menengah sejak tahun 1968. Bahkan semasa Gubernur Aceh Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA, Seudati difestivalkan setiap tahunnya walaupun kemudian sempat tidak dilanjutkan lagi.

Namun, kini peranan pemerintah telah memberi peluang dan ruang kembali terhadap pengembangan dan pelestarian budaya Seudati di Aceh. melalui pagelaran Pekan Kebudyaan Aceh (PKA)  dan bahkan sekarang sudah mulai diperlombakan kembali dalam kegiatan-kegiatan budaya lainnya.(an)


Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie

 Foto : tarian Seudati pada penampilan festival Seudati di Pidie



Baca Juga:



EmoticonEmoticon