1/06/2020

Nagari Bihari Sahibu Wamalikuhu Lamuri

Foto : Batu isan jenis plak-pleng milik Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie


Lamuri ialah nama tempat yang telah didentifikasi oleh para ahli merupakan sebuah negeri berada  di ujung barat pulau sumatera, negeri yang lebih awal hadir dari Kerajaan Aceh Darussalam (1507). Sebelum  Lamuri berubah nama menjadi Lamreh  seperti yang kita ketahui sekarang, banyak pelancong (pedagang) yang melintasi Selat Malaka pada abad ke-10 M. Seperti yang dituliskan dalam catatan pelancong ibnu khordlh pada abad ke-9 M menyebutnya negeri Ramni. Sedangkan nama lain menurut sumber  yang didapatkan dari pelancong Abu Zaid Hasan pada tahun 916 M atau abad ke-10 M menyebutkan Ramin atau Ramni, dan sebutan ILAMURIDECAN seperti yang bersumber dari Prasasti Tamjore pada tahun 1030 M atau abad ke- 11 M.

Keraajaan Lamuri  identik dengan batu nisan berjenis plak-pleng,  seperti yang di temukan di daerah teluk krueng Raya dan Lamreh, jenis nisan tersebut sangat berbeda dengan nisan Samudra Pasai maupun nisan Kerajaan Aceh Darussalam, dari segi bentuknya menyerupai tiang tugu, batu yang di ukir dan di penuhi oleh motif hias yang dipahat dalam dengan tema berukuran besar seperti teratai biru atau lotus dan melati atau jasmin.

 Foto : Batu nisan jenis plak-pleng yang terdapat dalam komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie

Bentuk dan gaya kaligrafi Islamnya juga sangat berbeda, menggunakan jenis khat tsulust-naskhi dengan garis vertical yang melebar dan ujung yang terpotong tajam, batu-batu nisan tersebut di perkirakan di buat sekitaran abad ke- 13 M hingga abad ke- 15 M.

Selain kerajaan Negeri Lamuri, pada abad ke-15 juga terdapat sebuah kerajaan lain yang terletak sebelah Timur Negeri Lamuri, tepatnya di Gampong Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie sekarang. Kerajaan tersebut ialah Negeri Bihari yang  di tandai dengan ditemukannya batu nisan berjenis plak-pleng. Sementara itu pada sebuah batu nisan juga di paparkan penjelasan “Hazal kuburi Raja Nagari Bihari Sahibu Wamalikuhu Lamuri”. (sumber. Mapesa).



 Foto : Batu nisan jenis plak-pleng yang telah patah dan tersebar di komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie

Dalam Buku The Sume Oriental karya Tome Pires (Ikhtisar Wilayah  Timur, dari Laut merah hingga Negeri Cina), berisi mengenai informasi kehidupan di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara pada abad ke 16 yang di tulis di Malaka dan India pada tahun 1512-1515 M menyebutkan(v.1.h.138) bahwa: ”Aceh adalah negeri pertama di sisi jalur Pulau Sumatra, Lamuri tepat di sebelahnya, dan membentang ke pedalaman. Negeri Biar berada di antara Aceh dan Pidie sekarang, Negeri-Negeri ini tunduk kepada raja Aceh. Dia memerintah mereka dan  satu-satunya raja disana”.

Sejarawan Kartografi Portugis bernama Armando Cortasao (1891-1977) menyunting dan menerjemahkan kutipan dari buku The Suma Oriental Of Tome Pire, mengenai informasi Negeri Biar, disebutkan bahwa : “Biar- I cannot find any clear trace of the name of this land, situated by pires between Achin and Pedir, with a seacoast corresponding to the present Krueng Raya bay and Blang Raya. (Biar- Saya tidak dapat menemukan jejak yang jelas dari nama Negeri yang oleh Pires di letakkan antara Aceh dan Pidie dengan pantai laut yang cocok dengan apa yang hari ini adalah antara Krueng Raya dan Blang Raya ).”

 Foto : Nampak bekas pelabuhan Nagari Bihari yang telah berubah menjadi tambak warga, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie

Teluk Krueng Raya merupakan sebuah Teluk yang berada di Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sedangkan Blang Raya ialah sebuah Gampong didaerah Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie atau Timur Gampong Tuha Biheu.

Sebuah komplek makam yang di tandai dengan batu-batu nisan di era Lamuri pada abad ke-15 berhasil di temukan  sebuah jalur bukit dengan laut selat di mana sungai Biheu bermuara, seburan fregma tembikar dan keramik kuno mengisi area punggung bukit serta larangnya menjadi temuan serta memperkuat keberadaan sebuah permukiman atau kota pelabuhan pada zaman silam. Temuan peninggalan sejarah di timur laut gunung selawah ini di tandai besar dengan di temukan batu nisan yang menjelaskan dengan terang nama negari serta gelar penguasanya yaitu Raja Nagari Bihari.

 Foto : Pecahan keramik yang di temukan oleh tim Beulangong Tanoh di bekas pelabuhan kuno Nagari Bihari. Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie

Bihari dalam bahasa Hindi bermakna kota. Bihari  merupakan sebuah nama dan pengucapan dari bahasa Arab, namun dalam penuturan orang Aceh menyebutnya dengan kata Biheu, menurut data Pakografi yang ditemukan pada salah satu batu nisan di komplek pemakaman tersebut dituliskan bahwa penguasa negeri Bihari bersahabat dan tunduk kepada raja Lamuri berpusat pemerintahan di sebelah Barat Laut Bihari atau Biheu, saat ini berada di gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar.

Kerajaan besar pada abad ke- 14 yaitu Lamuri dan Bihari, terdapat beberapa kesamaan serta keterkaitan antara dua kerajaan tersebut, hal ini menjadi sebuah penemuan besar akan sejarah kerajaan Aceh. Untuk kedepannya kita harapkan semoga kita dapat menelusuri lebih banyak lagi mengenai sejarah Aceh supaya sejarah tidak hilang begitu saja karna kalau bukan kiata siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan terdahulu.(an)

 Foto : Pelabuhan kuno Nagari Bihari yang sudah dangkal dan telah di jadikan tambak oleh warga, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie

 Foto : Batu nisan jenis Plak-Pleng yang terdapat dalam komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie


Foto : Batu Nisan jenis plak-pleng milik Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie



 Foto : Batu nisan jenis Plak-Pleng yang terdapat dalam komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie

Baca Juga:



EmoticonEmoticon