Nagari Bihari Sahibu Wamalikuhu Lamuri
Foto : Batu isan jenis plak-pleng milik Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Lamuri
ialah nama tempat yang telah didentifikasi oleh para ahli merupakan sebuah
negeri berada di ujung barat pulau
sumatera, negeri yang lebih awal hadir dari Kerajaan Aceh Darussalam (1507).
Sebelum Lamuri berubah nama menjadi
Lamreh seperti yang kita ketahui
sekarang, banyak pelancong (pedagang) yang melintasi Selat Malaka pada abad
ke-10 M. Seperti yang dituliskan dalam catatan pelancong ibnu khordlh pada abad
ke-9 M menyebutnya negeri Ramni. Sedangkan nama lain menurut sumber yang didapatkan dari pelancong Abu Zaid Hasan
pada tahun 916 M atau abad ke-10 M menyebutkan Ramin atau Ramni, dan sebutan
ILAMURIDECAN seperti yang bersumber dari Prasasti Tamjore pada tahun 1030 M
atau abad ke- 11 M.
Keraajaan
Lamuri identik dengan batu nisan
berjenis plak-pleng, seperti yang di
temukan di daerah teluk krueng Raya dan Lamreh, jenis nisan tersebut sangat
berbeda dengan nisan Samudra Pasai maupun nisan Kerajaan Aceh Darussalam, dari
segi bentuknya menyerupai tiang tugu, batu yang di ukir dan di penuhi oleh
motif hias yang dipahat dalam dengan tema berukuran besar seperti teratai biru
atau lotus dan melati atau jasmin.
Foto : Batu nisan jenis plak-pleng yang terdapat dalam komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Bentuk
dan gaya kaligrafi Islamnya juga sangat berbeda, menggunakan jenis khat
tsulust-naskhi dengan garis vertical yang melebar dan ujung yang terpotong
tajam, batu-batu nisan tersebut di perkirakan di buat sekitaran abad ke- 13 M
hingga abad ke- 15 M.
Selain
kerajaan Negeri Lamuri, pada abad ke-15 juga terdapat sebuah kerajaan lain yang
terletak sebelah Timur Negeri Lamuri, tepatnya di Gampong Biheu, Kecamatan
Muara Tiga, Kabupaten Pidie sekarang. Kerajaan tersebut ialah Negeri Bihari yang di tandai dengan ditemukannya batu nisan
berjenis plak-pleng. Sementara itu pada sebuah batu nisan juga di paparkan
penjelasan “Hazal kuburi Raja Nagari Bihari Sahibu Wamalikuhu Lamuri”. (sumber.
Mapesa).
Foto : Batu nisan jenis plak-pleng yang telah patah dan tersebar di komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Dalam
Buku The Sume Oriental karya Tome Pires (Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut merah hingga Negeri Cina),
berisi mengenai informasi kehidupan di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara
pada abad ke 16 yang di tulis di Malaka dan India pada tahun 1512-1515 M menyebutkan(v.1.h.138)
bahwa: ”Aceh adalah negeri pertama di sisi jalur Pulau Sumatra, Lamuri tepat di
sebelahnya, dan membentang ke pedalaman. Negeri Biar berada di antara Aceh dan
Pidie sekarang, Negeri-Negeri ini tunduk kepada raja Aceh. Dia memerintah mereka dan satu-satunya raja disana”.
Sejarawan Kartografi Portugis bernama Armando Cortasao
(1891-1977) menyunting dan menerjemahkan kutipan dari buku The Suma Oriental Of
Tome Pire, mengenai informasi Negeri Biar, disebutkan bahwa : “Biar- I cannot
find any clear trace of the name of this land, situated by pires between Achin
and Pedir, with a seacoast corresponding to the present Krueng Raya bay and
Blang Raya. (Biar- Saya tidak dapat menemukan jejak yang jelas dari nama Negeri
yang oleh Pires di letakkan antara Aceh dan Pidie dengan pantai laut yang cocok
dengan apa yang hari ini adalah antara Krueng Raya dan Blang Raya ).”
Foto : Nampak bekas pelabuhan Nagari Bihari yang telah berubah menjadi tambak warga, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Teluk Krueng Raya merupakan sebuah Teluk yang berada
di Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sedangkan Blang
Raya ialah sebuah Gampong didaerah Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie atau
Timur Gampong Tuha Biheu.
Sebuah komplek makam yang di tandai dengan batu-batu
nisan di era Lamuri pada abad ke-15 berhasil di temukan sebuah jalur bukit dengan laut selat di mana
sungai Biheu bermuara, seburan fregma tembikar dan keramik kuno mengisi area
punggung bukit serta larangnya menjadi temuan serta memperkuat keberadaan
sebuah permukiman atau kota pelabuhan pada zaman silam. Temuan peninggalan
sejarah di timur laut gunung selawah ini di tandai besar dengan di temukan batu
nisan yang menjelaskan dengan terang nama negari serta gelar penguasanya yaitu
Raja Nagari Bihari.
Foto : Pecahan keramik yang di temukan oleh tim Beulangong Tanoh di bekas pelabuhan kuno Nagari Bihari. Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Bihari dalam bahasa Hindi bermakna kota. Bihari merupakan sebuah nama dan pengucapan dari
bahasa Arab, namun dalam penuturan orang Aceh menyebutnya dengan kata Biheu,
menurut data Pakografi yang ditemukan pada salah satu batu nisan di komplek
pemakaman tersebut dituliskan bahwa penguasa negeri Bihari bersahabat dan
tunduk kepada raja Lamuri berpusat pemerintahan di sebelah Barat Laut Bihari
atau Biheu, saat ini berada di gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh
Besar.
Kerajaan besar pada abad ke- 14 yaitu Lamuri dan
Bihari, terdapat beberapa kesamaan serta keterkaitan antara dua kerajaan
tersebut, hal ini menjadi sebuah penemuan besar akan sejarah kerajaan Aceh.
Untuk kedepannya kita harapkan semoga kita dapat menelusuri lebih banyak lagi
mengenai sejarah Aceh supaya sejarah tidak hilang begitu saja karna kalau bukan
kiata siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikan peninggalan-peninggalan terdahulu.(an)
Foto : Pelabuhan kuno Nagari Bihari yang sudah dangkal dan telah di jadikan tambak oleh warga, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Foto : Batu nisan jenis Plak-Pleng yang terdapat dalam komplek makam Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Foto : Batu Nisan jenis plak-pleng milik Raja Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Foto : Batu nisan jenis Plak-Pleng yang terdapat dalam komplek makam Raja
Nagari Bihari, Gampong Tuha Biheu, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie
Komentar
Posting Komentar