11/06/2020

Mengenal Sosok Tuanku Hasyim Banta Muda

 

Foto : Sketsa wajah Tuanku Hasyim Banta Muda 

Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi6hBn9gIegzbVB1OeFIwpTxxhKQ2ewbfSqgLvw95Fqog7_A0wIxnPaK6GSbl0pgmiZKv2Hh3g36u-yRvzhniwhRyzeU1s1g5JpQh-RNyvs0fh8ywui10llD0CaGCHwk1eA4nArZVGXSru/s1920/Capture+2020-08-06+13.59.04+%25281%2529.jpg

 

Pusara itu terlihat sederhana terletak di pekarangan masjid lama Padang Tiji, KabupatenPidie, Aceh.Siapa sangka di tempat itulah jasad sang Panglima tertinggi sekaligus Wali Nanggroe terakhir Kesultanan Aceh Darussalam, Tuanku Hasyim Banta Muda di semayamkan. 

Tuanku Hasyim Banta Muda lahir di Gampong Lambada dalam Sagi Mukim XXVI Aceh Besar, sekitar tahun 1834 Masehi.Ayahnya bemama Laksamana Tuanku Abdul Kadir yang semasa hidup nya memangku jabatan perwalian di Aceh Timur. Tuanku Hasyim Banta Muda merupakan Putera pertama dari tiga bersaudara, dua diantaranya ialahTuanku Raja Itam danTuanku Mahmud Banta Keucik.

Menilik kembali silsilah keturunan Tuanku Hasyim Banta Muda ialah putera dari laksamana Tuanku Abdul Kadir dari ibnu Raja Muda Tuanku Cut Zainal Abidin dari Ibnu Sultan Alaidin Mahmud syah dari Ibnu Sultan Abidin Johan Syah dari Ibnu Sultan Alaidin Ahmad Syah dari Ibnu Nuruddin Abdurahim Maharaja Lela dari Ibnu Fakih Zainal Abidin Syah dari Ibnu Malik Daim Mansyur syah dari Ibnu ‘Abdullah Al Malikul Amin dari Ibnu Malik Syah Daim Syah dari Ibnu Abdul Jalil Daim Husin Syah dari Ibnu Malik Mahmud Hakim Syah dari Ibnu Musa Daim Syah dari Ibnu Hasyim Nuruddin Syah dari Ibnu Mansyur  Syah dari Ibnu Sulaiman Syah Daim Ali Iskandar dari Ibnu Malik Ibrahim Syah Daim yaitu saudara sewali dari tokoh Alaidin yang bernama Machdum Abi Abdillah As Syekh Abdurauf Al Mulaqqab Tuan di Kandang Syekh Bandar Darussalam.

                                                Foto : Silsilah Tuanku Hasyim Banta Muda

                                                      Sumber : Atjeh, H. C. Zentgraff. Atjeh.


Pada tahun 495 Hijriah rombongan yang terdiri dari 500 orang berhasil mengislamkan penduduk Aceh Raya, kemudian rombongan tersebut terpecah menjadi dua, sebahagian rombongan dibawah pimpinan Mansyur meneruskan perjalanannya dalam dakwah Islam ke Makassar (Ujung Pandang), sedangkan sebahagian lagi termasuk keturunan Machdum Abdi Abdillah Johan Syah - Ali MughayatSyah - Iskandar Muda terus bermukim dan menetap di Aceh untuk menyempurnakan pertumbuhan dan melaksanakan pembangunan Aceh dalam segala bidang.

Beberapa tahun kemudian Mansyur keturunan Ibrahim Syah Daim kembali dari Makassar ke Aceh setelah beberapa kali pergantian Sultan dari garis keturunan satu dan lain maka cicit Mansyur diangkat menjadi Sultan Aceh yang bernama Alaidin Ahmad Syah. Kemudian yang terakhir Sultan Alaidin Mahmud Daud Syah.Pada masa inilah Tuanku Hasyim mulai memegang peranan dan turun ke arena pertempuran menghadapi serangan Belanda.


Sultan Aceh pada saat itu dalam masa kemunduran akibat pihak Belanda sangat intensif menyerang Aceh,sehingga para petinggi kerajaan harus mengadakan rapat tertutup untuk mencari penyelesaian tentang permasalahan yang di hadapi oleh istana, setelah rapat selesai pihak kerajaan menyarankan Tuanku Hasyim Banta Muda untuk di angkat menjadi raja namun dengan halusnya beliau menolak tawaran tersebut.

Tuanku Hasyim Banta Muda menunjuk Mahmud syah yang masih berusia belia sebagai Sultan Aceh.Beliau sendiri bersedia menjadi pemangku Sultan Aceh (WaliNanggroe) hingga Mahmud syah cukup usia untuk dikukuhkan sebagai Sultan Aceh berikutnya. Namun dalam selang waktu yang tak lama Sultan Mahmud syah terjangkit wabah kolera dan ia mangkat pada 26 Januari 1874, di Pagar aye Aceh Besar. Tuanku Hasyim Kembali ditunjuk sebagai Sultan, lagi-lagi ia menolak dan sebagai alternatif, ia menunjuk Muhammad Daud Syah untuk menjadi Sultan Aceh

Setelah melakukan peperangan yang sangat panjang di mana pada saat itu kerajaan Aceh harus di pindahkan karena tidak memungkin untuk tinggal di Kuta Radja, maka Tuanku Hasyim Banta Muda beserta Sultan Muhammad Daud Syah pindah ke Keumala dan menjadikan Keumala pusat pemerintahan Kesultanan Aceh untuk sementara.

Padatahun 1879 Tuanku Hasyim semakin tua namun jiwa patriot dan semangat jihadnya tetap membara untuk menentang penjajahan Belanda,ia tinggal di keumala dalam bersama Sultan Muhammad Daud yah yang masih berumur kurang lebih 10 tahun.

Berkat daya dan upaya Kuta Keumala Dalam terus tumbuh dan menjadi ibu kota kerajaan Aceh yang kedua serta menjadi pusat kebudayaan dan pusat perdagangan lokal setelah Sultan Muhammad Daud Syah dewasa maka pada tahun 1894 Tuanku Hasyim beserta keluarganya meninggalkan Keumala Dalam dan pulang ke Reubee di rumah Raja Meunasah Runtoh.

Kemudian tahun 1896 ia kembali ke Padang Tiji setelah 20 tahun lamanya memegang pimpinan, tepat hari Jumat tanggal 22 januari 1897 Tuanku Hasyim meninggal dunia dalam usia 63 tahun dan di makamkan di samping Masjid Padang Tiji lama dalam kemungkiman Paloh Kecamatan Padang Tiji, KabupatenPidie.

Foto : Makam Tuanku Hasyim Banta Muda di samping masjid tuha Padang Tiji, Mukim Paloh, Kec Padang Tiji, Kab Pidie


Seorang tokoh Belanda Bruijns mamengutarakan sosok dari Tuanku Hasyim Banta Muda:  “Tuanku Hasyim lahir sebagai seorang berbakat, ya kami tutup cerita kami tentang Tuanku Hasyim, panglima perang musuh kita, tokoh yang berani, penuh kebijaksanaan dalam mempertahankan masjid raya, dengan kesimpulan bahwa seandainya dia tidak pernah hidup, agaknya sudah bertahun-tahun lamanya kita memiliki Aceh dengan tentram”.

Dengan kesadaran akan pentingnya arti, nilai dan bukti-bukti sejarah tersebut dapat di terjemahkan pula lewat prilaku-prilaku yang bersifat melestarikan serta memperhitungkan keberadaannya maka siapapun mereka, masyarakat lokal atau luar baik generasi hari ini maupun masa depan yang nantinya dapat menyaksikan sejarah negeri ini terpampang dimana-mana karena warisan sejarah ialah satu diantara penghubung dan pemandu kita ke masa lalu.(an)

 


Baca Juga:



EmoticonEmoticon