5/05/2021

Sultan Munawar Syah Dalam Sejarah Aceh

 

Foto : Makam Sultan Munawar Syah di Gampong Hagu, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie


Panteraja merupakan daerah kawasan yang berada dalam administratif Pidie Jaya, pada masa Kesultanan Aceh Darussalam kawasan ini terdapat pelabuhan yang digunakan sebagai akses menyeberangi lautan menuju Malaka dalam melawan Portugis oleh Sultan Iskandar Muda pada masa beliau memerintah Aceh Darussalam (1607-1636 M).


Sebelum kesultanan Aceh Darussalam terbentuk, Aceh dulunya memiliki banyak kerajaan kecil dari wilayah timur hingga selatan. Beberapa dari kerajaan tersebut mempunyai pengaruh besar terbentuknya Kesultanan Aceh Darussalam seperti kerajaan Perlak yang kemudian digabungkan dengan kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Pedir serta Kerajaan Lamuri.


Tokoh utama dalam terbentuknya Kesultanan Aceh tersebut tidak lain adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M). Beliau merupakan sultan pertama yang menyatukan Aceh dalam satu kesatuan. Beliau merupakan cucu dari seorang sultan yang sangat berpengaruh saat itu yaitu Sultan Munawar Syah yang makam beliau terletak di atas buktik Gampong Hagu, Kecamatan Pante Raja, Pidie Jaya.


Pada nisan makam beliau sebelah selatan atau kaki, baik sisi depan maupun belakangnya, terdapat tulisan menyebutkan secara terang bahwa Sultan Munawar Syah adalah putera dari Sultan Muhammad Syah Lamuri yang makam beliau terletak di Kuta Leubok Lamreh, Aceh Besar, setelah meninggalnya pada 908 H / 1503 M. “Temuan ini dengan demikian memastikan bawah kawasan situs Lamreh dan Kuta Leubok merupakan kota tinggalan sejarah kerajaan Lamuri yang pernah disebut dalam prasasti Tamil peninggalan kerajaan Chola di India Selatan (1000-1200 M) dan laporan-laporan Arabo-Persia,”kata Sukarna Putra (Wakil Ketua Cisah, 17 november 2013).


Foto : Nama-Lamuri-yang-disebutkan-pada-batu-nisan-di-Pante-Raja-Pidie-Jaya-kanan-dan-Lamuri-dalam-sebuah-karya-geografi-ditulis-Burzuk-Syahriyar-Ar-Rahmhurmudziy-pada-abad-ke-5-H. (Sumber: CISAH)


Penyebutan “Lamuri” pada epitaf nisan tersebut, menurut peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad, sejauh ini merupakan satu-satunya dan kali pertama ditemukan di Aceh. Di samping telah menyingkap suatu kenyataan sejarah yang baru bahwa indatu para penguasa Aceh dalam masa abad ke-16 adalah Sultan Muhammad Syah yang dimakamkan di Kuta Leubok, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.


Untuk akses menuju kemakam sangat tidak mendukung, memaksa siapa saja yang hendak kesana harus melewati perkebunan warga serta jalan yang menanjak dan licin, untuk mencapai ke puncak Buket Tu membutuhkan fisik dan energi ekstra dan pastinya kondisi cuaca yang mendukung. Masyarakat sekitar menyebutnya jirat teungku meureuhom,


Foto : Kondisi komplek makam Sultan Munawar Syah di Gampong Hagu, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie


Diatas puncak, tampak makam Sultan Munawar Syah dengan kondisi sangat memprihatinkan dan sangat jelas terlihat tidak terawat, makam yang berbentuk seperti gundukan tanah yang telah dikelilingi oleh pagar, hanya batu nisan yang berada diatasnyalah yang membedakan dengan gundukan tanah lain. Selain itu juga terdapat beberapa makam lainnya namun tidak ada penjelasan siapa empunya makam tersebut.


Kondisi ini sangat miris, seharusnya pemerintah sudah sewajarnya merawat makam tersebut serta menjaga cagar budaya agar para peziarah yang ingin kesana bisa bejalan dengan leluasa, tentunya untuk generasi  kedepan agar lebih mengetahui akan sebuah sejarah dan perjuangan dari para leluhur mereka.(an)


Foto : Salah satu nisan type yang terdapat dalam komplek makam Sultan Munawar Syah di Gampong Hagu, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie Jaya



Baca Juga:



EmoticonEmoticon