8/05/2021

Sekilas Sosok Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan

Foto : Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan, MBA saat dilantik sebagai Gubernur Aceh tahun 1986-1993 (doc https://id.wikipedia.org/wiki/Ibrahim_Hassan)


Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan, MBA., ialah salah satu tokoh ternama yang pernah mengisi relung ingatan masyarakat Aceh dengan beragam prestasi yang pernah ditautkan semasa hidupnya sebagai salah seorang putra berpengaruh terhadap reputasi naik turun dalam mengelola pemerintahan Aceh saat itu. 


Lelaki hitam manis ini lahir di Lampoh Weng, Pidie, Aceh pada 16 Maret 1935 dan meninggal pada 22 Januari 2007 silam (pada usia 71 Tahun).


Beliau  pernah menduduki kursi pemerintahan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Aceh periode 1986-1993, dan mempelopori Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur ‘an (LPTQ) sehingga beliau dinilai sangat berjasa dalam melahirkan generasi qur’ani di Aceh. Gerakan ini dimulai pada tahun 1989, beliau juga mengundang hafidz/hafidzah dan qari serta qariah al-qur’an dari Jakarta untuk datang ke Aceh, salah satunya, Haji Muammar ZA, qari berprestasi nasional maupun internasional selama tiga bulan di Banda Aceh, dari sinilah cikal bakal pertama Pesantren Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) resmi berdiri di Aceh tahun 1999 belakangan menyusul beberapa pesantren lain hingga saat ini.


Foto : Rumoh Aceh keluarga Prof. Dr. H. Ibrahim Hasan, MBA, yang masa kecil Beliau habiskan dirumah tersebut, Lampoh Weng Gigieng, Kec Simpang Tiga, Kab Pidie

Beragam jabatan strategis pernah diembannya dalam dunia pemerintahan,  menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Pangan/Kepala Badan Urusan Logistik periode 1993-1995, di dunia akademis pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) periode 1973-1982. Dia memperoleh gelar master bussiness of administration (MBA) di Universitas Syracause, New York pada tahun 1965 dan memperoleh gelar doktor dari almamater Institut Penelitian Beras Internasional (IRRI) di Los Banos, Filipina pada tahun 1979 dengan judul disertasinya : ”Rice Marketing in Aceh, A Regional Analysis”. 


Ikut berperan dalam dunia perpolitikan disokong oleh Golkar mengantarkan beliau menjadi Gubernur Daerah Istimewa Aceh dengan mendapatkan suara mayoritas parlemen DPRD Aceh (DPRA saat itu), menjadi simpul erat dengan kekuasaan tirani Soeharto membuat dia berkecimpung dalam keadaan kondusifitas dan konflik Aceh yang berkepanjangan. 


Dalam penerapan DOM di Aceh beliau menjadi salah seorang yang dimintai keterangan oleh Parlemen Jakarta melalui panitian khusus-nya setelah setahun Presiden Soeharto lengser.


Perjalanan panjangnya menjadi motivasi tersendiri bagi generasi Aceh selanjutnya, semangat menuntut ilmu hingga menduduki jabatan penting di daerah hingga nasional patut diacungi jempol sebagai generasi emas Aceh yang pernah berkilau pada masanya, terlepas dari kontroversi yang melibatkan namanya. Karena itu adalah konsekuensi dalam menentukan sikap dan namamu tetap pernah mengisi relung sejarah Aceh.(ma)



Baca Juga:



EmoticonEmoticon