12/06/2018

Kerupuk Mulieng, Buah Tangan Khas Dari Pidie

Foto: Proses pembuatan emping melinjo

Kabupaten Pidie adalah salah satu daerah tingkat II Provinsi Aceh, hanya saja Kabupaten Pidie tidak mencantumkan nama Aceh pada awal sebutannya seperti nama-nama Kabupaten lain. Kabupaten Pidie dengan ibukota Sigli terkenal dengan sebutan kota Empieng Melinjo (Kerupuk Mulieng).
Read More

11/25/2018

Cap Imam Muda Guci Rumpong

Foto: Cap Tuan Imam Muda Ba'id 7-7-1017 H, Meunasah Mee, Kec Peukan Baro, Kab Pidie


Tanggal 19 juni 2018, Tim Beulangonganoh kembali menyelusuri jejak sejarah negeri Pedir. Kali ini tim mengunjugi rumah salah seorang keturunan dari Imam Muda (Pang Mukim) Guci Rumpong yang terletak di Gampong Meunasah Mee. Abdullah Husen (81), beliau adalah keturunan dari Imam Muda (Pang Mukim Guci Rumpong), hal tersebut dapat diperjelas dengan di temukannya Cap Imam Muda pada beliau. Cap tersebut bertuliskan “ini Raqam Tuan Imam Muda Ba’id, 7-7-1017 H)”.

Sedikit penjelasan tentang Pang. Pang adalah sebutan bagi seorang panglima, kapten, atau pemimpin dalam satu kesatuan angkatan perang. Sebutan Pang Mukim adalah panglima perang yang mengkordinir sebuah pasukan setingkat mukim pada masa Kesultanan Aceh Darussalam

Dalam Aceh Di Mata Sejarawan (Muliadi Kurdi) menjelaskan,secara etimologis perkataan Imuem berasal dari bahasa Arab yaitu al-imam yang merupakan jamak dari kata ayyimah atau aimmah, maknanya imam atau pemimpin (Al-Munawwir : 40). Dari kata ini dapat dipahami bahwa seorang imuem mampu bertindak sebagai pimpinan dalam shalat juga mampu mengatur sitem pemerintahan. Tiap-tiap imuem mukim pada mulanya oleh Sultan Iskandar Muda ditetapkan harus berpenduduk 1000 orang laki-laki yang dapat memegang senjata. Prinsip ini dapat dipahami bahwa seorang imuem mukim harus pandai dan memahami siasat perang dalam pengaturan sistem Negara.


Foto: Cap Tuan Imam Muda Ba'id 7-7-1017 H, Meunasah Mee, Kec Peukan Baro, Kab Pidie


Dalam wilayah Pineung pada masa Kesultanan Aceh Darussalam hingga masuknya Belanda terdapat empat mukim. Masing-masingnya mencakup Mukim Pineung, Mukim Guci Rumpong, Mukim Krueng Seumideun, dan Mukim Bambi.

Pada cap yang terdapat di rumah bapak Abdullah Husen terdapat sanah yang menjelaskan tahun pertama dipakainya cap tersebut, yaitu 7-7-1017 H. Itu dapat dipastikan bahwa cap tersebut digunakan dari masa Sultan Iskandar Muda (1015-1046 H/1606-1636 M).

Selain cap, ada beberapa  benda lainnya peninggalan dari tuan Imam Muda Mukim Guci Rumpong. Diantaranya pedang, surban dan Plok Bakong. Hanya saja benda-benda tersebut tinggal nama karena telah dijual oleh orang tua beliau. Sangat sedikit infomasi yang kami dapatkan tentang Cap Imam Muda ini, sehingga ruang gerak pembahasan dalam tulisan kalai ini menjadi sangat-sangat terbatas. Namun, kami akan terus berusaha untuk mencari informasi perkembangannya.
 


Read More

11/05/2018

Rumoh Aceh Bentara Gigieng

Foto Rumoh Aceh Bentara Gigieng tampak dari depan

Tepatnya tanggal 23 januari 2017 lalu, kami kembali melakukan perjalanan untuk mencari situs sejarah yang berada di Kabupaten Pidie. Kali ini kami menuju ke sebuah Gampong yang berada di pesisir timur Kota Sigli, yaitu Gampong Kuta Tuha, Gigieng. Dari nama daerahnya saja, sudah diketahui bahwa dulunya daerah itu terdapat sebuah kota yang ramai penduduk. Apalagi tidak jauh dari Gigieng, terdapat sebuah pelabuhan yang dikenal dengan sebutan Kuala Gigieng
Read More

10/25/2018

Unoe, Gampong Seumande Dari Tanoh Pidie

Foto: Pengrajin besi sedang memproses besi untuk di jadikan pisau

“Ting, ting, ting..!!” Bunyi pukulan besi yang setiap hari selalu terdengar di setiap rumah warga sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Tiap harinya ada ribuan tempahan besi yang sudah menjadi parang, sabit, dan pisau yang dihasilkan gampong ini. Nama Gampong tersebut adalah Unoe.
Read More

9/28/2018

Jeungki, Penumbuk Padi Tradisional Aceh

 Foto: Jeungki yang terdapat di bawah Rumoh Aceh Idi, Teupin Raya
 
Jeungki adalah alat tumbuk tradisional masyarakat Aceh yang terbuat dari kayu pilihan yang digunakan untuk menumbuk padi menjadi beras atau menumbuk beras menjadi tepung pada era sebelum 1985. Tidak hanya itu, jeungki juga digunakan untuk menumbuk kopi menjadi bubuk
Read More

9/06/2018

Meriam, senjata perang Konvensional

Foto: Meriam peninggalan belanda, Gampong Meunasah Ulee Tutue, Kecamatan Delima

Meriam adalah salah satu senjata yang digunakan dalam peperangan di masa lalu, meriam merupakan tonggak awal terciptanya Artileri yang kini sudah menjadi Alutsista yang wajib dimiliki setiap angkatan bersenjata, senjata meriam diketahui pertama kali muncul pada abad ke III SM di Alexanderia yang di rancang oleh Ctesibius.
Read More

8/25/2018

Menilik Peninggalan Sultan Iskandar Muda di Pidie

 Foto: Situs cagar budaya Masjid Poeteumereuhom Labui

Kala itu dara begitu sejuk. Padahal matahari menunjukkan watak aslinya siang itu saat kami sampai di sebuah pintu gerbang yang begitu kokoh. Gerbang yang dihiasi dengan pagar beton di sekelilingnya itu tampak begitu indah dipadukan dengan warna yang mencolok. Saat memasuki halamannya tampak beberapa bale berjajar rapi di sisikiri dan kanan. Yaaap, kami sedang berada dimasjid Labui. Masjid yang begitu bersejarah di Babupaten Pidie
Read More

8/05/2018

Mengeskplore Barieh Kala, Sungai di Balik Tebing

Foto: Tebing barieh kala tampak menjulang tinggi

Beberapa bulan yang lalu, tim Beulangongtanoh mengeksplore sebuah sungai yang berada di kawasan pedalaman Padang Tiji. Sungai ini konon katanya di apit oleh tebing dan batu bersusun seperti halnya Lingkok Kuwieng yang berada di wilayah itu.

Setelah ngopi pagi, kamipun langsung berangkat menyelusuri jalan nasional arah Banda Aceh. Sesampainya di pasar Padang Tiji kami berhenti sejenak membeli bekal untuk di bawa kesana sebagai snack. Kami memilih beberapa makanan ringan dan air mineral supaya  tidak terlalu berat dan mudah untuk dibawa.

Perjalananpun di lanjutkan, sesampai di Blang Putek kami belok ke arah Waduk Rajui. Kabarnya, jalan untuk menuju lokasi yang ingin kami tuju harus melawati Waduk Rajui terlebih dahulu. Jalan aspal yang mulus berganti dengan jalan tanah berbatu yang tidak rata setelah melewati Waduk tersebut. Rasa penasaran tentang sungai yang ingin kami tuju mengalahkan semua rintangan di depan mata.


Baca Juga : Tuih Kala, Wisata pedalaman Padang Tiji
 
Karena lokasi belum kami ketahui yang bermodalkan penjelasan seorang teman yang telah pernah pergi, akhirnya kami mengamalkan kata-kata bijak yang sering terdengar di telinga. “Malu bertanya bertanya sesat di jalan”. Pengamalan kalimat itu langsung kami terapkan dengan bertanya kepada seorang pekebun yang sedang melintas. Dari hasil interaksi tersebut kami mendapa sedikit kejelasan. Beliau mengatakan “mungkin saja”. Kami melanjutkan perjalanan berbekal informasi seadanya. Tak lama kemudian kami kembali bertemu dengan seorang pemuda yang sedang membesihkan kebun. Pemuda itu menjelaskan tempat yang kami tuju hampir sampai, hanya berjarak sekitar 50 meter lagi menelusuri kebun warga.

Tujuan kami mulai menemui titik terang setelah desiran air sungai mulai terdengar di telinga walau sumber dari suara tersebut masih mengambang, timur kah, barat kah, atau selatan. Jalan yang kami tempuh menelusuri kebun itu lama kelamaan mulai sempit. Dari kejauhan sumber suara desiran air sungai mulai terlihat dan kami smpai di pinngiran sungai itu.

Sungai itu memiliki air yang jernih dan terpampang jelas di depan mata. Tetapi tujuan sebenarnya dari pencarian kami belum ditemukan. Kami melihat di sungai itu tidak ditemukan tebing seperti yang diceritakan. Diantara kami hampir saja ada yang pupus harapan. Dari balik semak-semak seorang pahlawan muncul. Ternyata dia adalah pemilik kbun yang sedan mmbersihkan rumput liar dikebunnya. Lelaki itu bernama Amir. Usianya sekitar 45 tahun. Langsung saja kami memperkenalkan diri dan mnjelaskan tujuan kami ke sana. Bapak itu menjelaskan bahwa Barieh Kala yang menjadi tujuan kami hanya berjarak 100 meter menyusuri sungai. Mendengar berita itu kami kembali bersemangat.
 

Setalah berjalan menapaki batu demi batu, akhirnya kami sampai di tempat tujuan dengan selamat. Air sungainya berwarna hijau dan jernih serta dipadukan dengan tebing yang kecoklatan menjadi pemandangan menarik saat sampai di sana. Tidak menunggu lama si kawan yang telah kepanasan langsung nyemplung ke sungai yang kami perkirakan memiliki kedalaman 1 hingga 5 meter.
 
Foto: Tampak air sungai barieh kala begitu jernih

Setengah hari kami habiskan waktu bersama di sungai yang diapit oleh dua tebing itu. Puas berenang kamipun pamit kepada seisi tempat untuk pulang mngingat cuaca yang tidak besahabat. Saat pulang kami sedikit berbincang-bincang semoga saja kedepannya tempat wisata seperti ini ada perhatian dari pemerintah untuk mempermudah akses ke sana dengan di buat jalan serta di rawat keindahannya. Semoga saja saat kami berbincang-bincang pemerintah mendengarnya. Hehhhehe..!!!!!!!
Read More

7/25/2018

Meunasah Rumoh Aceh Gampong Mancang

Foto: Meunasah Panyang Rumoh Aceh, Gampong Meunasah Mancang, Kec Meurah Dua, Pidie Jaya


Di postingan yang lalu kami telah menjelaskan sedikit tentang makam dari keluarga Sultan Iskandar Muda (1606-1636 M), yang terdapat di Gampong Pangwa, Kecamatan Trienggadeng tepatnya yang berada di belakang Masjid Quba
Read More

6/25/2018

Masjid Madinah Peninggalan Tgk Jalaluddin Al-Faqih

Foto: Masjid Tgk Japakeh, Gampong Dayah Kruet, Kec Meurah Dua

Masjid tua yang terdapat di Gampong Dayah Kruet, Kecamatan Meurah Dua ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masyarakat setempat menyebut nama masjid tersebut dengan nama Masjid Madinah. Hal ini disebabkan mimbar yang terdapat didalam masjid tersebut dibawa pulang dari Madinah. Masjid Madinah di bangun pada abad ke-16. Masjid tersebut dibangun oleh Tgk Jalaluddin atau yang lebih dikenal dengan nama Tgk Japakeh pada saat beliau pulang setelah berperang di semenanjung Malaka.
Read More

6/04/2018

Maryam Sang Putri Ali Mughayat Syah

Foto: salah satu kaligrafi pada nisan komplek makam Putroe Bale yang menjelaskan empunya makam tersebut ialah Maryam Putri Mughayat Syah bin Sultan Munawar Syah

Sanggeu sebuah mukim di Kecamatan Pidie yang menyimpan banyak sejarah Pidie. Selain Keulibeut, Sanggeu juga wilayah pusat dari kerajaan Pedir. Banyak peninggalan-peninggalan masa lalu terdapat di mukim Sanggeu. Salah satunya komplek makam Putroe Bale yang terdapat di Gampong Keutapang.
Read More

5/11/2018

Tgk Japakeh, Panglima Perang Sang Penakluk Sultan

 Foto: Makam Tgk Japakeh, di Gampong dayah Kruet, Kec Meurah Dua, Kab Pidie Jaya

Sebelum Kerajaan Aceh Darussalam terbentuk, awal mulanya hanyalah berupa kerajaan-kerajaan kecil di berbagai daerah, mulai dari pantai timur hingga pantai barat. Dari beberapa kerajaan yang muncul sebelum Kerajaan Aceh Darussalam, salah satu kerajaan yang ikut menjadi bagian dari Kerajaan Aceh Darussalam adalah Kerajaan Sanghela (Sahe).
Read More

5/04/2018

Tradisi Turun Temurun Masyarakat Genteng, Batee Kabupaten Pidie, Apa itu? Yok Simak.!!


Foto: Ibu-ibu sedang membuat tikar, Gampong Geunteng Barat, Kec Bate

Setelah ngopi pagi, saya beserta teman-teman berencana untuk pergi ke sebuah Gampong yang berada dalam kawasan Kecamatan Batee. Siang itu matahari begitu sempurna menampakkan diri. Keringatpun bercucuran membasahi baju kami saat sedang dalam perjalanan. Gampong yang kami tuju adalah Gampong Genteng. Sebuah Gampong yang berada di pesisir pantai Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie.
Read More

4/26/2018

Khanduri Apam Berjamaah Di Pulo Seunong

Foto: Ibu-ibu Pulo Seunong sedang membuat kue apam

Sudah makam apam belum? Pastinya kita semua telah makam apam sebelumnya. Apam merupakan istilah nama satu makanan bagi masyarakat Aceh terkhususnya Pidie. Dalam bahasa Indonesia apam dinamakan kue serabi, ada juga yang menyebutnya surabi. Makanan khas yang satu ini akan banyak kita jumpai di bulan Rajab menurut kelender Islam. Bahkan di Aceh ada sebutan khusus untuk bulan Rajab yaitu “Buleun Khanduri Apam” yang didasari pada kelender atau Almanak Aceh.
Read More

4/06/2018

Sultan Muhammad bin Asad Syah, siapakah Beliau?

Foto: makam Sultan Muhammad bin Asad Syah

Inilah Komplek pemakaman Raja di Kandang, Kecamatan Kota Bakti Kabupaten Pidie. Tidak ada yang menduga, itu adalah makam dari Raja-Raja Aceh terdahulu. Informasi tentang keberadaan makam tersebut kami dapatkan dari hasil bertanya dengan warga sekitar. Tidak ada papan informasi sama sekali ditempat itu. Padahal itu adalah makam orang-orang yang sangat berpengaruh di zamannya. Begitukah cara menghargai jasa pahlawan?
Read More

3/24/2018

Jejak Perjuangan Aceh Vs Belanda Di Komplek Pemakaman Gampong Pulo Masjid Tangse

 Foto: Komplek makam keluarga di Tiro, Gampong Pulo Masjid, Kec Tangse

Tangse merupakan sebuah kawasan di Kabupaten Pidie yang dikenal dengan panorama alamnya yang indah dan duriannya yang terkenal hingga keluar Aceh. Dibalik itu semua ternyata Tangse juga menyimpan sejarah masa lalu yang masih menjadi tanda tanya. Hal ini karena sejarah tentang Tangse masih menjadi rahasia-rahasia yang belum terungkap kepermukaan.
Read More

3/05/2018

Komplek Makam Keluarga Sultan Iskandar Muda Di Pangwa Kecamatan Trienggadeng, Pijay

 Foto: Makam Teuku Panglima Prang Syik Nyak Dhan bin Teuku Bintara Ratnawangsa

Senin 15 Januari 2017, kami tim Beulangongtanoh mengunjungi sebuah komplek makam di mukim Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya. Mukim Pangwa ini hanya berjarak sekitar 40 KM dari Sigli. Saat dalam perjalanan kami acap kali bercakap-cakap diatas sepeda motor hingga tidak terasa kami sampai di tujuan. Meskipun panas matahari sangat terasa siang itu tak menjadi halangan bagi kami.
Read More

2/23/2018

Sejarah yang Dilupakan, Masjid Tuha Ndjong Peninggalan Laksamana Polem di Masa Kerajaan Aceh Darussalam

Foto: Masjid Tuha Ndjong di Cot Trieng, Gampong Nyong, Kec Bandar Baru, Pidie Jaya

Mengupassejarah tentang Pidie tidak akan pernah habis. Banyak sejarah dari masa lalu yang sampai sekarang masih terpendam dan jarang ditelusuri. Pidie dulunya merupakan sebuah kerajaan yang tunduk langsung dibawah kekuasaan Sultan Aceh Darussalam. Sudah sewajarnya jika Pidie banyak menyimpan sejarah-sejarah yang layak untuk ditelusuri dan diperjelas
Read More

2/05/2018

Agrowisata Rambutan Dari Tanah Mila

Foto: Rambutan di salah perkebunan warga di Lala, Kec Mila

Di Jumat siang itu, sekitar jam 14.00 WIB. Kami pergi ke kebun rambutan di Gampong Lala. Saat dalam perjalanan kesana kami menjumpai banyak pedagang rambutan di pinggir-pinggir jalan terutama dikawasan Gle Gapui. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 30 menit sampailah kami di tempat  tujuan. Merahnya buah rambutan diperkebunan menyambut kedatangan kami. Tak ingin berlama-lama kamipun langsung memetik rambutan itu dipohonnya.
Read More

1/25/2018

Mengenal Tgk Syik di Tiro Muhammad Amin, Berperang Melawan Belanda Melalui Dayah

 
 foto: Makam Tgk Syik di Tiro Muhammad Amin, Kec Tiro, Kab Pidie

Ketika pemerintah Belanda mendapat pukulan yang lebih banyak sesudah periode Habib, maka para ulama Tiro yang memegang palu godam (tampuk kekuasaan). Salah satunya Tgk Syeh Saman di Tiro. Dialah orang yang telah mengorganisir ”Perang Sabil’’. Beliau keliling ke mana-mana untuk mengtakbirkan rakyat supaya mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda.
Read More

1/09/2018

Tuih Kala, Wisata pedalaman Padang Tiji

Foto: Suasana alam dikawasan Tuih Kala Padang Tiji


Berbicara tentang liburan, Kabupaten Pidie menawarkan berbagai macam kawasan wisata. Banyak kawasan wisata yang sudah terkenal di Kabuapten Pidie, diantaranya Air Terjun Alue Putek, Lhok Mahoni, pemandian air panas di Tangse, Waduk Rajui hingga Pantai Pelangi di Alun-Alun Kota Sigli yang banyak dikunjungi masyarakat Pidie untuk berlibur dengan keluarga di sore hari.

Read More